BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tuba Fallopi, yang dikenal juga sebagai oviduk atau buluh
rahim, adalah dua buah saluran yang sangat halus dan tipis sebesar ujung
pensil, yang menghubungkan telur dengan rahim. Karena struktur tersebut, maka
saluran ini dapat dengan mudah menjadi tersumbat. Tuba fallopi panjangnya
berkisar antara 7 hingga 14 cm. Ketika sebuah sel telur (ovum) berkembang dalam
sebuah indung telur (ovarium), ia diselubungi oleh sebuah lapisan yang dikenal
dengan nama follikel ovarium. Pada saat ovum mengalami kematangan, folikel dan
dinding ovarium akan runtuh, membuat ovum dapat berpindah dan memasuki Tuba
Fallopi. Dari sana perjalanan dilanjutkan ke arah rahim, dengan bantuan
pergerakan dari bulu-bulu tipis pada bagian dalam tuba/saluran ini. Perjalanan
ini menghabiskan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Jika ovum dibuahi
ketika berada di dalam Tuba Fallopi, maka ia akan menempel secara normal di
dalam endometrium ketika mencapai rahim, yang merupakan pertanda terjadinya
kehamilan. Terkadang embrio bukannya menempel pada rahim namun menempel pada
Tuba Fallopi sehingga menghasilkan kehamilan ektopik, yang lebih dikenal dengan
“kehamilan di luar kandungan.”
Penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease-PID)
yaitu penyakit yang ditularkan karena hubungan seksual yang disebabkan oleh
bakteri mikro-organisme seperti gonococci, klamidia, gonorea, mikoplasma,
stafilokokus, steptokokus atau patogen lain, adalah merupakan penyebab utama
ketidaksuburan pada Tuba Fallopi. Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba
fallopi. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri
juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya
pemasangan IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsi endometrium). Tindak lanjut studi pada
kesuburan perempuan dengan laparoscopically didokumentasikan PID (di mana
dokter secara langsung melihat rahim, saluran telur ke kandungan rahim dan rongga
panggul) menunjukkan bahwa untuk setiap episode infeksi, setidaknya ada resiko
10% yang mengakibatkan ketidaksuburan pada perempuan. Terlepas dari jenis
mikro-organisme yang menyebabkan infeksi. Efek terlihat bertambah, dengan
risiko ketidaksuburan pada Tubal dua kali lipat setelah episode infeksi PID
yang kedua.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan
tumbuh secara atonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini
berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya.
Tumor adneksa adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem
reproduksi yaitu pada tuba fallopi, kemudian pada uterus dan ovarium biasanya
terjadi bersamaan (3.hal.396-397). Tumor adneksa adalah tumor ganas di tuba
fallopi, lebih sekunder berasal dari tumor ganas ovarium, uterus, kolorektal,
lambung dan payudara (3. hal. 396 – 397)
B.
Etiologi
Tumor adneksa kebanyakan diakibatkan oleh infeksi yang
menjalar ke atas dari uterus, peradaangan ini menyebar ke ovarium, peritonium,
pembuluh darah pelviks, dimana kuman itu masuk ke organ pelviks selama hubungan
seksual, persalinan, aborsi, sebagai akibat dari tindakan (kerokan, laparatomi
dan sebagainya)
Organ-organ tadi akan mengalami peradangan dan bersarang di
tuba fallopi, cairan purulen dapat terkumpul dalam tubuh menyebabkan
perlengketan sehingga terjadi penyempitan akan menyebabkan berbagai gangguan.
Pada tuba infeksi dapat disebabkan oleh kuman seperti streptokokus,
stapilokokus, klostridium welehi dan lain-lain.
C.
Patologi
HU Taymor dan Hertig membagi tumor ini menjadi 3 (tiga)
jenis menurut keganasan.
a.
Jenis tumor dengan pertumbuhan papiler: tumor belum mencapai
otot tuba dan diferensiasi sel masih baik, batas daerah normal dengan tumor
masih dapat ditunjukkan.
b.
Jenis tumor dengan pertumbuhan papiloaveoler (adenomatosa):
tumor telah memasuki jaringan otot dan terlihat gambaran kelenjar.
c.
Jenis tumor dengan pertumbuhan alveomeduler: terlihat
motosis yang atopik dan terlihat investasi sel ganas ke dalam saluran limfe
tuba.
D.
Patogenesis
Ternyata tumor ganas pada alat reproduksi wanita dapat
dijumpai pada semua umur (18 – 80 tahun) dengan rata-rata puncakya pada usia 52
tahun, kejadian paling sering ialah pada kelompok umur 30 – 40 tahun.
E.
Gejala Klinik
Gejala yang timbul pada tumor adneksa adalah gejala
perdarahan pervagina. Pada masa reproduksi perdarahan tersebut biasanya terjadi
antara dua masa haid dan jumlahnya hanya sedikit tapi dapat berlangsung secara
terus-menerus setiap hari.
Gejala kedua setelah perdarahan ialah perasaan sakit di
perut, perasan sakit tadi timbul sebagai akibat distensi dinding tumor.
F.
Test Diagnostik
a.
Pemeriksaan Pelviks.
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat perubahan pada
vulva, vagina dan serviks dengan palpasi organ-organ dalam khususnya ovarium
dan permukaan uterus.
b.
Tes papanicolau.
Test ini merupakan pemeriksaan sylogis yang memungkinkan
adanya sel-sel abnormal dan mendeteksi perganasan tumor pada tahap awal.
c.
Ultrasonografi
Ultrasonografi menjadi alat diagnostik yang sangat berguna
bagi masalah-masalah ginekologi, alat ini digunakan untuk menentukan lokasi
massa tumor.
d.
Endoscopy
Dengan endoscopy dapat melihat pelviks dan jaringan
sekitarnya secara langsung.
w Colposcopy
vagina dan cerviks di bawah kekuatan magnet yang rendah.
w Culdoscopy:
Pemasukan culdoscopy melalui vagina bagian belakang ke dalam culdecar untuk
melihat tuba fallopi dan ovarium.
w Hysteroscopy:
Pemasukan hysteroscopy melalui cerviks untuk melihat bagian dalam uterus.
w Laparoscopy:
Pemasukan melalui insisi kecil pada dinding abdomen.
G.
Penyebab Kanker pada Tuba Falopi dan Pengaruh pada Kesuburan wanita
Kanker
Saluran Telur adalah tumor ganas pada saluran telur (tuba falopii). Kanker
tuba falopii sangat jarang terjadi, di seluruh dunia dilaporkan kasus sebanyak
kurang dari 1500-2000. Kanker biasanya merupakan penyebaran dari organ lain
(misalnya ovarium/indung telur). Kanker saluran telur paling banyak
ditemukan pada wanita pasca menopause, tetapi bisa juga ditemukan pada
wanita yang lebih muda.
Kebanyakan
kanker saluran telur memiliki gambaran mikroskopik yang sama dengan kanker
ovarium. Yang paling sering ditemukan adalah adenokarsinoma.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada panggul ditemukan suatu massa yang membesar.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada panggul ditemukan suatu massa yang membesar.
Staging (Menentukan stadium kanker)
·
Stadium I : kanker terbatas pada saluran telur
·
Stadium II : kanker menyerang salah satu atau kedua saluran
telur dan telah menyebar ke panggul
·
Stadium III : kanker pada salah satu atau kedua saluarn
telur dan telah menyebar ke luar panggul
·
Stadium IV : kanker pada salah satu atau kedua saluran
telura dan telah menyebar ke organ tubuh lainnya yang jauh.
Pengobatan
Pengobatan yang utama untuk kanker
saluran telur adalah pembedahan untuk mengangkat kedua saluran telur, kedua
indung telur dan rahim disertai pengangkatan kelenjar getah bening perut dan
panggul.
Pada kanker stadium lanjut, setelah
pembedahan mungkin perlu dilakukan kemoterapi atau terapi penyinaran.
Banyak faktor yang mempengaruhi
kesuburan pada wanita.
Setelah tahu penyebab
infertilitas pada pria dan mitos-mitos serta apa kesuburan, sekarang mari membahas mengenai
penyebab infertilitas pada wanita;
- Faktor Vagina
:
Vaginismus (kejang otot vagina),
Vaginitis (radang/infeksi vagina), dll
- Faktor
Uterus (rahim) :
Myoma (tumor otot rahim), Endometritis
(radang sel. lendir rahim), Endometriosis (tumbuh sel. ender rahim bukan
pada tempatnya), Uterus bicornis, arcuatus, asherman’s syndrome, retrofleksi
(kelainan bentuk dan posisi rahim), Prolap (pemburutan, penyembulan rahim ke
bawah).
- Faktor
Cervix (Mulut Rahim) :
Polip (tumor jinak), Stenosis (kekakuan
mulut rahim), Non Hostile Mucus (kualitas lendir mulut rahim jelek), Anti Sperm
Antibody (antibody terhadap sperma), dll.
- Faktor
Tuba Fallopi (Saluran Telur) :
Pembuntuan, penyempitan, perlengketan
saluran telur (bias karena infeksi atau kelainan bawaan).
- Faktor
Ovarium (Indung Telur) :
Tumor, Cyste, Gangguan menstruasi
(Amenorhoe, Oligomenorhoe dengan/tanpa ovulasi). Organ ini berinteraksi dengan
pusat pengendali hormone di otak (Hypothalamus dan Hipofisis) dalam mengatur
siklus menstruasi.
- Faktor
Lain :
Prolactinoma (tumor pada Hipofisis),
Hiper/hypotroid (kelebihan/ kekurangan hormone tiroid), dll.
Pemakaian formalin
yang dapat juga menyebabkan infertilitas pada wanita dan yang wanita
jangan mengalami tiada gairah/keinginan
dalam berhubungan.
H. Peradangan Tuba Falopi
Penyakit Radang Panggul (Salpingitis,
PID, Pelvic Inflammatory Disease) adalah suatu peradangan pada tuba
falopii (saluran menghubungkan indung telur dengan rahim).
Peradangan tuba falopii terutama
terjadi pada wanita yang secara seksual aktif. Resiko terutama ditemukan pada
wanita yang memakai IUD.
Bisasanya peradangan menyerang kedua
tuba. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis.
Penyakit
radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut
dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung
telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit
radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami
penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia
antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit
ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik,
infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.
Terdapat
peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan
beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan
penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah
tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan
pemasangan IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia
reproduktif yang seksual aktif.
Gambar Saluran Reproduksi Wanita
Penyebab
Penyakit radang
panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah,
yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau
minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab
tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai
bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua
bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan
terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan
berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Faktor Risiko
Wanita yang
aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat
penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk
berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman
dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah
lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi
masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan
remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi
masuknya bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
o http://www.scribd.com/doc/24586434/Penyakit-Radang-Panggul?autodown=docx
terimakasih buat artikelnya... sangat bermanfaat sob...
BalasHapus