BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pembelajaran
kontekstual atau lebih dikenal dengan CTL (Contextual Teaching and Learning)
sebenarnya bukan hal baru, tetapi CTL dewasa ini sangat ditekankan karena
perkembangan dunia kerja di jaman global yang ditandai dengan persaingan bebas,
sehingga sekolah harus menyusun ulang kurikulumnya untuk menyesuaikan dengan
tuntutan global tersebut. Pada awalnya, CTL lebih banyak digunakan pada
sekolah-sekolah kejuruan, kemudian digunakan di sekolah umum tetapi untuk
anak-anak dengan kemampuan dibawah rata-rata. Kemudian, ketika CTL digunakan
untuk belajar konsep-konsep/akademis, CTL digunakan dalam bentuk watered-down
dari konsep-konsep abstrak yang harus dipelajari dengan sedikit
contoh-contoh penggunaan di dunia nyata. Sekarang CTL digunakan dalam
kurikulum, termasuk KBK yang menegaskan bahwa proses belajar mengajar harus
berbasis CTL.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
Contextual
teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh ntuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Ada
tiga hal yang harus dipahami. Pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan
siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung. Kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya
siswa dituntut untuk menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah
dengan kehidupan nyata. Ketiga mendorong siswa untuk dapat menerapkan
dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami
materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.[1]
Terdapat
lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan CTL.
- Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
- Pembelajaran ntuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge)
- Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)
- Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut (applying knomledge)
- Melakukan refleksi (reflecting knowledge)
B. Latar Belakang Filosofi dan
Psikologis CTL
1. Latar belakang
Filosofis
CTL
banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark
Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat,
bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan
“skema”. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu
dinamakan asimilasi dan semakin besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin
sempurna yang kemudian disebut dengan proses akomodasi.
Pendapat
Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur
kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran,
diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual,
pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh
siswa.[2]
2. Latar belakang Psikologis
Dipandang
dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut
aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.
Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon.
Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat,
motivasi, dan kemampuan atau pengalaman.
Ada yang perlu dipahami tentang belajar dalam konteks
CTL.
- Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki
- Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.
- Belajar adalah proses pemecahan masalah
- Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang sederhana menuju yang kompleks
- Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.
C. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran
Konvensional
NO
|
Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional
|
|
CTL
|
Pembelajaran Konvensional
|
|
1
|
Siswa
sebagai subjek belajar
|
Siswa
sebagai objek belajar
|
2.
|
Siswa
belajar melalui kegiatan kelompok
|
Siswa
lebih banyak belajar secara individu
|
3.
|
Pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan nyata
|
Pembelajaran
bersifat teoritis dan abstrak
|
4
|
Kemampuan
didasarkan atas pengalaman
|
Kemampuan
diperoleh dari latihan-latihan
|
5
|
Tujuan
akhir kepuasan diri
|
Tujuan
akhir nilai atau angka
|
6
|
Prilaku
dibangun atas kesadaran
|
Prilaku
dibangun oleh factor dari luar
|
7
|
Pengetahuan
yang dimiliki individu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya
|
Pengetahuan
yang dimiliki bersifat absolute dan final, tidak mungkin berkembang.
|
8
|
Siswa
bertanggungjawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran
|
Guru
penentu jalannya proses pembelajaran
|
9
|
Pembelajaran
bisa terjadi dimana saja
|
Pembelajaran
terjadi hanya di dalam kelas
|
10
|
Keberhasilan
pembelajaran dapat diukur dengan berbagai cara
|
Keberhasilan
pembelajaran hanya bisa diukur dengan tes
|
D. Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Setiap
siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa
tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada
tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.
Tipe
visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah
tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis
adalah tipe belajar dengan cara bergerak.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.
- Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang
- Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan
- Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui
- Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.
E. Asas-Asas CTL
CTL
sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang
melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL
1. Konstruktivisme
Kontruktivisme
adalah proses pembangunan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Menekankan bahwa pembelajaran tidak semata sekedar menghafal,
mengingat pengetahuan. Akan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar
dimana siswa sendiri aktif secara mental. Membangun pengetahuannya, yang
didasari oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya. Menurut kontrutivisme,
pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan
dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor
penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk
menginterpretasi objek tersebut.
2. Inkuiri
Inkuiri
adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui
proses berfikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa
langkah:
- Merumuskan masalah
- Mengajukan hipotesis
- Mengumpulkan data
- Menguji hipnotis berdasarkan data yang ditemukan
- Membuat kesimpulan
3. Bertanya (Questioning)
Belajar
pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan
menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.
Dalam
suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:
a) menggali informasi
dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran
b) membangkitkan motvasi
siswa untuk belajar
c) merangsang
keingintahuan siswa terhadap sesuat
d) memfokuskan siswa
pada suatu yang diinginkan
e) membimbing siswa
untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu
4. Masyarakat Belajar (Learning
Community)
Konsep
Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL,
asas ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok
belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok heterogen, baik dilihat dari
kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.
5. Pemodelan (Modeling)
Merupakan
proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat
ditiru oleh setiap siswa. Membahasakan yang ada dalam pemikiran adalah salah
satu bentuk dari pemodelan. Jelasnya pemodelan adalah membahasakan yang
dipikirkan, memdemonstrasi bagaimana guru menghendaki siswanya untuk belajar
dan melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model. Model bisa dirancang dengan melibatkan siswa atau bisa juga mendatangkan
dari luar.
6. Refleksi (Reflection)
Merupakan
proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara
mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah
dilalui. Refleksi merupakan cara berpikir atu merespon tentang apa yang baru
dipelajari. Berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Praktek dalam pembelajarannya adalah guru menyiapkan waktu sejenak agar siswa
dapat melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang sudah
diperoleh pada hari itu.
7. Penilaian Nyata (Authentic
Assessment)
Adalah
proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan siswa. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa member gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam
pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui
guru, agar siswa dapat memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang
benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan
kontekstual. Evaluasi dilakukan terhadap proses maupun hasil.[3]
F. Pola dan Tahapan
Pembelajaran CTL
a. Pola
Pembelajaran Konvensional
Untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan
strategi pembelajaran sebagai berikut:
- Siswa disuruh untuk membaca buku tentang pasar
- Guru menyampaikan materi pelajaran
- Guru memberikan kesempatan pada siswa untk bertanya
- Guru mengulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah disampaikan dan dilanjutkan dengan kesimpulan
- Guru melakukan post-tes
- Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema “pasar”
Model pembelajaran diatas jelas bahwa sepenhnya ada
pada kendali guru.
b. Pola
Pembelajaran CTL
Untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan
strategi pembelajaran sebagai berikut:
- Pendahuluan
- Inti
- Penutup
Pada
CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam
kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau
menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Untuk itu
ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran,
yaitu sebagai berikut:
- CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
- CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
- Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain.
B.
Saran
Untuk menyempurnakan makalah ini,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca atau pihak yang menggunakan
makalah ini. Berpegang pada prinsip tidak ada gading yang tidak retak dan tidak
ada final dalam ilmu. Dengan kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, dengan senang hati kritik dan saran dan pandangan
dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Sanjaya, Wina., Strategi
Pembelajaran, Kencana Pernada Media Group, Jakarta:2008
http://s3s3p.wordpress.com/2010/03/10/strategi-pembelajaran-kontekstual/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar