BAHAN
PERCOBAAN GENETIKA
A.
Genetika
Genetika (dari bahasa Yunani γέννω atau genno yang berarti
"melahirkan") merupakan cabang biologi yang penting saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek
yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Ada pula
yang dengan singkat mengatakan, genetika adalah ilmu tentang gen. Nama "genetika"
diperkenalkan oleh William
Bateson
pada suatu surat pribadi kepada Adam
Chadwick
dan ia menggunakannya pada Konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada
tahun 1906.
Bidang kajian genetika dimulai dari
wilayah molekular hingga populasi (lihat entri biologi). Secara lebih rinci, genetika berusaha menjelaskan
- material
pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),
- bagaimana
informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan
- bagaimana
informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain (pewarisan genetik).
Meskipun orang biasanya menetapkan
genetika dimulai dengan ditemukannya kembali naskah artikel yang ditulis Gregor Mendel pada tahun 1900, sebetulnya kajian genetika sudah dikenal
sejak masa
prasejarah,
seperti domestikasi dan pengembangan trah-trah murni (pemuliaan) ternak dan tanaman. Orang juga sudah mengenal efek persilangan dan perkawinan sekerabat serta membuat sejumlah prosedur dan
peraturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri sebagai ilmu
yang mandiri. Silsilah tentang penyakit pada keluarga, misalnya, sudah dikaji
orang sebelum itu. Kala itu, kajian semacam ini disebut "ilmu
pewarisan" atau hereditas.
B.
Bahan Percobaan Griffith
Percobaan Griffith, dilakukan pada tahun 1928 oleh Frederick Griffith, adalah
salah satu percobaan pertama yang menunjukkan bahwa bakteri
dapat memindahkan informasi genetik melalui proses yang disebut transformasi.
Griffith menggunakan dua galur Pneumococcus (yang
menginfeksi tikus),
galur tipe III-S dan tipe II-R. Galur III-S memiliki kapsul polisakarida yang
membuatnya tahan terhadap sistem kekebalan inangnya sehingga mengakibatkan
kematian inang, sementara galur II-R tidak memiliki kapsul pelindung tersebut
dan dapat dikalahkan oleh sistem kekebalan tubuh inang.
Dalam eksperimen ini bakteri galur III-S dipanaskan hingga
mati, dan sisa-sisanya ditambahkan ke bakteri galur II-R. Meskipun tikus tidak
akan mati bila terkena baik sisa-sisa bakteri galur III-S (yang sudah mati)
ataupun galur II-R secara terpisah, gabungan keduanya mengakibat kematian tikus
inang. Griffith berhasil mengisolasi baik galur pneumococcus II-R hidup
maupun III-S hidup dari darah tikus mati ini. Griffith menyimpulkan bahwa
bakteri tipe II-R telah tertransformasikan menjadi galur III-S oleh
sebuah prinsip transformasi yang entah bagaimana menjadi bagian bakteri
galur III-S yang mati.
Kini kita mengetahui bahwa prinsip pentransformasi
yang diamati oleh Griffith adalah DNA bakteri galur III-S. Meskipun bakteri itu telah mati,
DNA-nya bertahan dari proses pemanasan dan diambil oleh bakteri galur II-R. DNA
galur III-S mengandung gen yang membentuk kapsul perlindungan. Dilengkapi
dengan gen ini, bakteri galur II-R menjadi terlindung dari sistem kekebalan
inang dan dapat membunuhnya. Verifikasi DNA sebagai prinsip pentransformasi ini
dilakukan dalam percobaan oleh Avery, McLeod
dan McCarty dan oleh Hershey dan Chase.
Percobaan Hershey-Chase adalah
serangkaian percobaan yang dilakukan pada tahun 1952 oleh Alfred Hershey dan Martha
Chase,
yang mengkonfirmasi bahwa DNA merupakan bahan genetik, yang pertama kali didemonstrasikan
oleh Avery, MacLeod dan McCarty. Meskipun DNA telah dikenal oleh para biologiwan sejak 1869, pada saat itu kebanyakan orang
menganggap bahwa proteinlah yang membawa informasi dalam pewarisan
sifat.
Hershey dan Chase melakukan percobaan
mereka pada fag
T2,
virus yang strukturnya saat itu telah diketahui lewat mikroskop elektron. Fag ini terdiri hanya dari cangkang protein yang berisi bahan
genetik. Fag ini menginfeksi bakteri dengan menempel pada membran luar bakteri dan menyuntikkan
bahan genetiknya lalu meninggalkan cangkang kosongnya tetap menempel pada
permukaan bakteri. Infeksi bahan genetik ini mengakibatkan mesin genetik
bakteri tersebut memperbanyak virus.
Struktur umum
Pada percobaan pertama, Hershey dan
Chase melabeli DNA fag dengan unsur fosfor-32 radioaktif (unsur fosfor ada dalam DNA tapi tidak ditemukan dalam satu
pun asam amino yang menjadi komponen dasar protein). Mereka menginfeksi
bakteri E. coli dengan fag tersebut, lalu menyingkirkan cangkang protein
dari sel terinfeksi dengan blender dan sentrifuga. Mereka menemukan bahwa perunut radioaktif
tersebut hanya terlihat dalam sel-sel bakteri, dan tidak ditemukan pada
cangkang protein.
Pada percobaan kedua mereka melabeli
fag dengan belerang-35 radioaktif (belerang ditemukan pada
asam amino sisteina dan metionina, tapi tidak ditemukan dalam DNA). Setelah pemisahan,
perunut radioaktif ditemukan dalam cangkang protein, tapi tidak dalam bakteri
terinfeksi. Ini mengkonfirmasi bahwa bahan genetik yang menginfeksi bakteri
adalah DNA.
Hershey merupakan salah satu penerima Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran tahun 1969 untuk "penemuan
tentang struktur genetik virus".
D. Percobaan Meselson-Stahl
Percobaan Meselson-Stahl adalah percobaan yang dilakukan oleh
Matthew Meselson dan Franklin Stahl yang
mendemonstrasikan bahwa replikasi DNA adalah semikonservatif.
Replikasi semikonservatif berarti bahwa bila ulir DNA yang beruntai ganda
direplikasi, setiap dari kedua ulir DNA yang beruntai ganda tersebut terdiri
dari satu untai yang berasal dari ulir awal, dan satu untai lagi berasal dari
sintesis baru.
Nitrogen adalah konstituen utama DNA. 14N adalah isotop
terbanyak nitrogen, tetapi DNA dengan isotop 15N juga dapat
ditemukan dan stabil. Isotop 15N tidak radioaktif, hanya lebih berat
daripada nitrogen biasa.
E. coli
dibiakkan selama beberapa generasi di medium yang mengandung 15N.
Ketika DNA diekstrak dari sel
tersebut dan disentrifuga pada gradien kerapatan garam, DNA berpisah pada titik
tempat kerapatannya sama dengan larutan garam tersebut. DNA dari sel yang
dihasilkan memiliki kerapatan yang lebih tinggi (lebih berat).
Setelah itu, sel E. coli dengan hanya 15N
dalam DNA-nya ditaruh kembali dalam medium 14N dan dibolehkan untuk
membelah diri hanya sekali. DNA kemudian diekstrak dari sebuah sel dan
dibandingkan dengan DNA dengan 14N maupun dengan 14N.
Hasilnya ditemukan DNA tersebut memiliki kerapatan antara. Karena replikasi
konservatif akan menghasilkan banyaknya DNA dengan kerapatan yang tinggi dan
rendah dalam jumlah yang sama (namun tidak ada DNA dengan kerapatan antara),
percobaan ini menunjukkan replikasi seperti ini tidak terjadi. Namun hasil ini
konsisten dengan replikasi semikonservatif dan dispersif.
Replikasi semikonservatif akan menghasilkan DNA untai ganda
dengan satu untai 15N dan satu untai 14N, sedangkan
replikasi dispersif akan menghasilkan DNA untai ganda, dengan kedua untai
memiliki campuran DNA 15N dan 14. Kedua hasil ini akan
muncul sebagai DNA dengan kerapatan antara.
DNA kemudian diekstrak dari sel yang dibiakkan selama
beberapa generasi dalam medium 15N, diikuti dengan dua
pembelahan diri di dalam medium 14N. DNA dari sel-sel ini ditemukan
memiliki jumlah yang sama dua kerapatan berbeda. Satu berhubungan dengan
kerapatan antara DNA yang ditumbuhkan hanya selama satu pembelahan diri dalam
medium 14, sedangkan sejumlah lain berhubungan dengan sel yang
sepenuhnya dibiakkan dalam medium 14N.
Hasil ini tidak konsisten dengan replikasi dispersif, yang
seharusnya menghasilkan DNA dengan kerapatan tunggal, lebih rendah daripada
kerapatan antara sel generasi tunggal, tapi dengan kerapatan lebih tinggi
daripada DNA dari sel yang semata-mata ditumbuhkan dalam medium DNA 14N.
Pada replikasi dispersif DNA 15N awal akan terbelah sama banyak di
antara semua untaian DNA.
Hasil
ini konsisten dengan replikasi semikonservatif. Sejumlah sel-sel generasi kedua
akan memiliki satu untaian DNA 15N awal bersama-sama dengan salah
satu dari DNA 14N, yang menjelaskan munculnya DNA dengan kerapatan
antara. Sejumlah sel-sel lain akan memiliki sepenuhnya DNA 14N,
untai pertama disintesis pada pembelahan pertama, sedangkan untai lainnya
disintesis pada pembelahan kedua. Penemuan ini sangat penting dalam
perkembangan biologi
dan sangat membantu dalam perawatan penyakit, seperti kanker.
E. Prinsip
Genetika
Perkembangan genetika sebagi ilmu tidak
lepas dari percobaan yang dilakukan Mendel pada Pisum sativum. Mendel berhasil
menjelaskan bagaimana sifat diwariskan dari tetuanya kepada anak dalam suatu
persilangan antar tanaman dengan sifat yang berbeda.
Pisum sativum memiliki keuntungan
digunakan dalam percobaan genetika karena mudah didapat, mempunyai keragaman
yang jelas bisa dibedakan meliputi warna biji, bentuk biji, warna bunga. Pisum
sativum memiliki bunga cukup besar sehingga memudahkan pesilangan buatan.
Pada persilangan dengan satu sifat
beda, mendel menyilangkan tanaman dengan bunga ungu dengan tanaman berbunga
putih dan dihasilkan tanaman berbunga ungu (F1). Sifat bunga ungu ini disebut
dominan. Jika F1 disilangkan dengan F1 maka dihasilkan bunga F2 dengan
perbandingan ungu : putih = 3:1. Sifat yang diamati disebut fenotipe, sedangkan
faktor yang mengendalikan disebut genotipe.
Pada persilangan dengan dua sifat beda,
misalnya bulat kuning (RRYY) dengan hijau keriput (rryy), dihasilkan F1 bulat
kuning (RrYy). Jika F1 diselangkan dengan F1, diperoleh perbandingan bulat
kuning, bulat hijau, keriput kuning, keriput hijau dengan perbandingan 9 : 3: 3
: 1.
Dari persilangan ini maka ditetapkan
hukum mendel I atau hukum segregasi dan hukum mendel II atau hukum pisah bebas.
Konsep umum mengenai cara kerja gen atau ekspresi gen adalah
berdasarkan kedominanan dan keresesifan. Artinya, alel terekspresi secara
komplit pada fenotipe atau tidak terekspresi sama sekali. Prinsip ini merupakan
prinsip Mendel. Tetapi penelitian membuktikan bahwa terdapat banyak macam aksi
gen dan interaksi yang mempengaruhi pola segregasi. Tipe dari aksi gen dapat
dibedakan menjadi dua katagori umum yaitu antar alel pada lokus yang sama
(intralokus) dan antar alel pada lokus-lokus yang berbeda (interlokus).
Interaksi intralokus
Terdapat tiga macam interaksi
intralokus. Tipe pertama adalah dominan seperti yang disimpulkan oleh mendel
dalam penelitiannya. Pada tipe dominan, rasio F2 dari dua tetua homozigot
adalah 3:1. Tipe kedua adalah tidak dominan (no-dominance/incomplete
dominance). Pada tipe ini fenotipe dari heterozigot berada di tengah-tengah di
antara kedua tetua. Contohnya adalah pada persilangan bunga pukul empat merah
dan putih dihasilkan bunga merah muda pada F1. F2nya menyebar dengan rasio 1
merah: 2 merah muda: 1 putih. Tipe ketiga adalah overdominance. Pada situasi
ini heterozigot memiliki nilai fenotipe di luar kisaran antara kedua tetua.
Interaksi interlokus
Interaksi interlokus menyebabkan
distribusi F2 berubah. Ekspresi dari alel berubah karena kehadiran atau
ketakhadiran alel atau alel-alel pada lokus yang berbeda.
Tipe aksi gen lainnya yang tidak
termasuk epistasis adalah additive gene action. Pada aditif tiap alel pada satu
lokus akan menambah atau mengurangi derajat nilai fenotipe. Contohnya adalah
pada warna bagian dalam biji gandum. Warna biji gandum ditentukan oleh 3 lokus
R1, R2 dan R3 dengan 2 alel pada tiap lokus. Warna biji bervariasi dari merah
gelap ke putih dan intensitas warna tergantung pada jumlah dari alel yang
menambah warna. Warna merah gelap adalah R1R1R2R2R3R3, sedangkan putih adalah
r1r1r2r2r3r3. Jika disilangkan, maka F1nya adalah R1r1R2r2R3r3 menunjukkan
warna intermediet diantara kedua tetuanya. Pada F2 akan muncul sebuah seri
warna yang sebarannya seperti sebaran normal antara dua fenotipe yang ekstrim.
Jika disilangkan R1R1R2R2r3r3 dengan
r1r1r2r2R3R3, dimana satu tetua merah gelap dan satu tetua sedikit merah, maka
F1nya akan menunjukkan warna intermediet. F2nya akan menyebar dari sangat gelap
ke putih. Pada persilangan ini, keturunannya berada di luar batas fenotipe
tetua merah gelap dan tetua sedikit merah. Hal ini disebut segregasi
transgresive.
Pada aksi gen, kadang-kadang terjadi
genotipe-genotipe yang sama tetapi tidak mengekspresikan fenotipe yang sama
walaupun keadaan lingkungan seragam. Perbedaan ini disebut perbedaan dalam
penetrasi. Penetrasi adalah presentase individu untuk genotype tertentu yang
menampilkan fenotipe dari genotype tersebut. Contohnya, suatu organisme yang
bergenotipe aa atau A_ tetapi tidak menunjukkan fenotipe yang sebagaimana
normalnya bergenotipe aa atau A_ karena adanya gen-gen epistasis atau supresor,
atau karena efek lingkungan. Istilah penetrasi dapat digunakan
untuk menjelaskan efek tersebut jika penyebab pastinya tidak diketahui.
Peristiwa lain yang cenderung
memperlihatkan hasil peristiwa genetika yang kurang jelas adalah ekspresivitas.
Ekspresivitas adalah derajat atau tingkat suatu genotype tertentu
mengekspresikan fenotipenya pada suatu individu. Contohnya, genotype A_ yang
seharusnya berfenotipe merah, tetapi yang tampak adalah derajat warna yang
berbeda-beda, misalnya warna biru, merah tua, merah muda, putih. Ekspresivitas
warna yang berbeda-beda ini karena adanya pengaruh gen-gen lainnya atau
pengaruh lingkungan yang tidak diketahui dengan pasti.
Kondisi lingkungan yang penting
Cahaya: Lamanya penyinaran atau lamanya
periode gelap dapat menginduksi munculnya bunga pada beberapa species tanaman Suhu:
Banyak proses biokimia dipengaruhi oleh suhu. Lintasan reaksi biokimia
melibatkan enzim yang peka terhadap suhu. Perubahan suhu dapat mengubah
fenotipe. Nutrisi: Contohnya, efek beberapa genotype baru dapat dilihat hanya
kalau tanaman dalam lingkungan stress. Perlakuan buatan: Ekspresi suatu sifat
bisa tidak nampak karena pemberian senyawa kimia atau hormon.
Variasi/Keanekaragam genetik
Variasi atau keanekaragaman genetik
sangat penting karena jika tidak terdapat variasi genetik, maka apabila terjadi
perubahan lingkungan yang cukup keras akan dapat mengakibatkan punahnya suatu
spesies pada habitat alaminya.
Keragaman genetik dalam bentuk variasi alelik disebabkan oleh mutasi. Mutasi terjadi secara spontan dengan frekuensi yang bervariasi tergantung pada lokus dan informasi genetic dari area sekitarnya pada kromosom. Mutasi menghasilkan perubahan DNA, yang akibatnya mengubah enzim-enzim dan menyebabkan variasi dalam mekanisme fisiologi yang nantinya dievaluasi melalui proses seleksi alam.
Keragaman genetik dalam bentuk variasi alelik disebabkan oleh mutasi. Mutasi terjadi secara spontan dengan frekuensi yang bervariasi tergantung pada lokus dan informasi genetic dari area sekitarnya pada kromosom. Mutasi menghasilkan perubahan DNA, yang akibatnya mengubah enzim-enzim dan menyebabkan variasi dalam mekanisme fisiologi yang nantinya dievaluasi melalui proses seleksi alam.
Migrasi tanaman dan evolusi yang diarahkan manusia
Campur tangan manusia mempunyai
kontribusi yang sangat signifikan pada evolusi tanaman. Saat manusia memulai
kultur dan mendomestikasi tanaman, mereka menyeleksi genotipe-genotipe yang
paling baik yang memenuhi kebutuhan. Sifat seperti kestabilan produksi
merupakan sifat yang sangat diinginkan. Karakter –karakter lain seperti warna,
rasa juga merupakan contoh-contoh sifat yang diinginkan. Dengan berpindahnya
manusia dari satu area ke area lainnya, tanaman atau benih juga dibawa dan
diuji di daerah mereka yang baru. Proses ini disebut introduksi.
Introduksi merupakan hal penting dalam pemuliaan tanaman, karena menawarkan
potensi penggunaan genotipe berbeda untuk meningkatkan penampilan tanaman pada
daerah tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar