Sabtu, 13 April 2013

MASALAH KESULITAN BELAJAR DAN PENANGGULANGANNYA



BAB I
PENDAHULUAN
Setiap siswa memiliki perbedaan dalam hal intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar. Semua perbedaan  tersebut sangat berpengaruh terhadap proses belajar seorang anak. Pada umumnya, peserta didik yang mengalami kesulitan belajar adalah anak-anak yang tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam belajar. Hal yang paling mendasar adalah anak yang memiliki keterbatasan mental dan IQ dibawah rata.
Ada dua faktor yang menyebabkan kesulitan belajar seorang peserta didik, diantaranya:
1.     Faktor intern siswa
2.     Faktor ekstern siswa

Untuk menghadapi kesulitan belajar yang muncul terhadap peserta didik, guru harus bisa mengenal gejala-gejala yang timbul dalam proses belajar seorang anak. Dari gejala-gejala yang tampak itu, guru bisa menginterpretasi bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar dan guru juga bisa melakukan penyelidikan terhadap si anak, melalui beberapa cara seperti observasi, interview, tes diagnotic, dan dokumentasi.
Dengan adanya penyelidikan tersebut, guru (pendidik) bisa mencari alternatif untuk mengatasi kesulitan belajar dan penanggulangannya.
Ada beberapa metode yang bisa ditempuh dalam menanggulangi kesulitan belajar seorang peserta didik, diantaranya:
1.     Pengumpulan data
2.     Pengolahan data
3.     Diagnosis
4.     Prognosis
5.     Evalusi



BAB II
MASALAH KESULITAN BELAJAR DAN
PENANGGULANGANNYA

A.    PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh ruang untuk mencapai kinerja-kinerja akademik (academic perpormance) yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.[1]
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan disekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian siswa-siswa yang berkatagori” diluar rata-rata” itu(sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapatkan kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning dificulty) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar itu juga dapat dialami oleh siswa berkemampuan rata-rata(normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.
B.     FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi beljarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku(misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan cabut dari sekolah.

Secara garis besar faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari 2 macam:[2]
1.     Faktor intern siswa
Yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri, dan faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psikofisik siswa, yakni:
a.     Yang bersifat kognitif(ranah cipta) antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa.
b.     Yang bersifat afektif(ranah rasa) antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c.      Yang bersifat psikomotorik(ranah karsa) antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar  (mata dan telinga).
2.     Faktor ekstern siswa
Yaitu hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri siswa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam:
a.     Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b.     Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh(sium area), dan teman sepermainan(peer group) yang nakal.
c.      Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

C.    CARA MENGENAL ANAK DIDIK YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR
Seperti telah dijelaskan bahwa anak didik yang mengalami kesulitan belajar adalah anak didik yang tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, atau gangguan dalam belajar, sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain, guru, ataupun orangtua.



Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan dalam belajar, misalnya:[3]
1.     Menunjukkan prestasi yang rendah/dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
2.     Hasil yang di capai tidak seimbang dengan usaha yang di lakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
3.     Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala halnya: dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
4.     Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti: acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dll.
5.     Menunjukan tingkah laku yang berlainan,misalnya mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
Dari gejala-gejala yang tampak itu, guru (pembimbing) bisa menginterprestasi bahwa ia kemungkinan mengalami kesulitan balajar. Disamping melihat gejala- gejala yang tampak, guru pun bisa melakukan penyelidikan antara lain dengan:
a.     Observasi
Adalah suatu cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek. Sambil melakukan observasi, dilakukan pencatatan terhadap gejala- gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian di seleksi untuk dipilih yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
b.     Interview
Adalah cara mendapatkan datadengan wawancara langsung terhadap orang yang di selidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang di selidiki (guru, orang tua, teman intim). Untuk menyelidiki murid yang mengalami kesulitan belajar, interview, bisa di laksanakan langsung atau tidak langsung.
c.      Tes diagnostic
Adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan tes. Menurut cronbach, tes adalah: suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan kelakuan dari dua orang atau lebih. Untuk mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar tes meliputi: tes buatan guru (teacher made test) yang terkenal dengan tes diagnosting tes psikologis. Sebab yang mengalami kesulitan belajar itu mungkin di sebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat, mentalnya minder dll, sehingga di perlukan tes psikologis. Untuk mengetahui IQ bisa di gunakan: tes SPM (standard progressif matrics), dsb.
d.     Dokumentasi
Adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan orang yang di selidiki. Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar bisa melihat:
-         Riwayat hidupnya
-         Kehadiran murid didalam mengikuti pelajaran
-         Memiliki daftar pribadinya
-         Catatan harinya
-         Catatan kesehatan
-         Daftar hadir di sekolah
-         Kumpulan ulangan
-         Rapor, dll.
Setelah data terkumpul kemudian diseleksi, tinggal data-data yang diperlukan, untuk dapat mengatakan murid mana yang mengalami kesulitan belajar, diperlukan patokan kesulitan belajar.
D.   USAHA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SERTA PENANGANANNYA
Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa diabaikan dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Karena itu, mencari sumber-sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya, mutlak dilakukan secara akurat, efektif, dan efisien.[4]



Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan 6 tahap, yaitu: pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis, prognosis, treatment, dan evaluasi.
1.     Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan data. Menurut Samisbani dan R isbani, dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode, diantaranya adalah:
a.     Observasi
b.     Kunjungan rumah
c.      Case study
d.     Case history
e.      Daftar pribadi
f.       Meneliti pekerjaan anak
g.     Tugas kelompok
h.     Melaksanakan test (baik tes IQ maupun tes prestasi/ achievement).
Dalam pelaksanaannya, metode-metode tersebut tidak harus semuanya digunakan secara bersama-sama akan tetapi tergantung pada masalahnya, kompleks atau tidak. Semakin rumit masalahnya, maka semakin banyak juga kemungkinan metode yang dapat dipergunakan, sebaliknya semakin sederhana masalahnya, mungkin dengan satu metode observasi saja, sudah dapat ditemukan faktor apa yang menyebabkan kesulitan belajar anak.
2.     Pengolahan data
Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dihadapi oleh anak.




Dalam pengolahan data, langkah yang ditempuh antara lain adalah:
a.     Identifikasi kasus
b.     Membandingkan antar kasus
c.      Membandingkan dengan hasil tes, dan
d.     Menarik kesimpulan
3.     Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a.     Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak(berat dan ringannya).
b.     Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
c.      Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar, dsb.
4.     Prognosis
Prognosis artinya”ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
Pendek kata, prognosis adalah merupakan aktivitas menyusun rencana/program yang diharapkan dapat mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.
5.     Treatment (Perlakuan)
     Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan:
-         Melalui bimbingan belajar individual.
-         Melalui bimbingan belajar kelompok.
-         Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.
-         Melalui bimbingan orang tua di rumah.
-         Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.
-         Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.
-         Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteriktik setiap mata pelajaran.
6.     Evalusi
     Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal atau berhasil treatment yang telah diberikan kepada anak, dapat diketahui sampai sejauh mana kebenaran jawaban anak terhadap item-item soal yang diberikan dalam jumlah tertentu melalui alat evaluasi berupa tes prestasi belajar atau achievement test. Karenanya, perlu pengecekan kembali dengan cara mencari faktor-faktor penyebab dari kegagalan itu.
     Agar tidak terjadi kesalahan pengertian, disini perlu ditegaskan bahwa pengecekan kembali hanya dilakukan bila terjadi di kegagalan treatment berdasarkan evaluasi, di mana hasil prestasi belajar anak didik masih rendah, di bawah standar. Dalam rangka pengecekan kembali atas kegagalan treatment, secara teoritis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
a.     Re-ceking data (baik yang berhubungan dengan masalah pengumpulan maupun pengolahan data).
b.     Re-diagnosis
c.      Re-prognosis
d.     Re-treatment
e.      Re-evaluasi

BAB III
KESIMPULAN
Masalah kesulitan belajar dan penanggulangannya
A.   Pengertian kesulitan belajar  adalah segala masalah atau hal yang mempengaruhi sistem belajar setiap individu atau kelompok sehingga proses penerimaan belajar sulit untuk berkembang dan diterima oleh setiap individu dan kelompok tersebut.
B.   Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
1.     Faktor intern siswa
2.     Faktor ekstern siswa
C.   Cara mengenal anak didik yang mengalami kesulitan belajar
Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan dalam belajar, misalnya:
1.     Prestasi yang rendah
2.     Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3.     Lambat dalam melaksanakan tugas-tugas belajar
4.     Menunjukkan sifat kurang wajar
5.     Menunjukkan tingkah laku yang berlainan
D.   Usaha mengatasi kesulitan belajar / penanggulangannya
Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain:
1.     Pengumpulan data
2.     Pengolahan data
3.     Diagnosis
4.     Prognosis
5.     Treatment
6.     Evalusi







[1] Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
[2] Syah,  Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali.
[3] Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 246
[4][4] Ibid, hal. 249

Tidak ada komentar:

Posting Komentar