Senin, 29 April 2013

Filsafat Patristik


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Asal muasalnya zaman patristik adalah berawal dari suatu kelompok yang disebut patrisme, patrisme sendiri berasal {dari kata latin pater yang artinya ”Bapak Gereja” maka disebut dengan patrisme sendiri dikarnakan adanya sekumpulan para pendeta-pendeta.} Berarti juga disebut sebagai pujangga-punjangga kristen dalam abad-abad permulaan tarikh masehi yang meletakkan dasar utama bagi intelektual agama kristen. Awal berkembangnya agama Kristen pada abad pertama, sudah ada pemikir-pemikir Kristiani yang menolak filsafat Yunani bersama dengan seluruh kebudayaan kafir, menurut pandangan mereka, di pandang sebagai hasil pemikiran manusia semata. Mereka berpendapat bahwa setelah Allah memberikan wahyu kepada manusia, maka mempelajari filsafat Yunani yang non-Kristen dan non-Yahudi adalah sia-sia bahkan berbahaya yang mengancam kemurniaan iman krisriani. Salah seorang pemuka pikiran atau menganut pendirian ini ialah Tertulianus (160-222). Tetapi pemikir-pemikir Kristen lain ada yang juga mempelajari filsafat Yunani,karena perkembangan pemikiran yunani itu di pandang sebagai persiapan menuju ke Injil, kedua macam sikap ini sebenarnya masih tetap menggema di zaman pertengahan. seperti: Yustinus Martir ([abad ke-2]?-165), Klemens dari Alexandria (150-215), Origines (185-254). Gregorius dari Nanzianza (330-390), Basilius Agung (330-379). Gregorius dari Nyssa (335-394) menciptakan suatu sintesa antara agama Kristen dengan kebudayaan Hellenistik (filsafat Yunani), tanpa mengorbankan apapun dari kebenaran agama Kristen. Tetapi ada juga karangan-karangan yang diduga ditulis oleh Dionysios yang sangat berbau neoplatonis.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Filsafat Patristik
Zaman ini disebut zaman patristik (dari kata latin pater :bapa, yang di maksud ialah para bapa gereja). Zaman ini meliputi zaman di antara para rasul abad pertama hingga kira- kira awal abad ke-8. para pemikir Kristen pada zaman patristik mengambil sikap bermacam-macam. Ada yang menolak sama sekali filsafat yunani, karena dipandang sebagai hasil pemikiran manusia semata-mata, bahkan berbahaya bagi iman kristen. Akan tetapi ada juga yang menerima filsafat yunani. Karena perkembangan pemikiran yunani itu dipandang sbagai persiapan bagi injil. Kedua macam sikap ini sebenarnya masih menggema di zaman pertengahan. 
Filsafat ptristik muncul dan berkembang di dua wilayah, yakni: wilayah timur (yunani) dan wilayah barat (latin).
B.     Patristik Timur
Pemikiran filsafat kristen dimulai dengan orang-orang yang disebut dengan para apologit, para pembela agama kristen, yang mencoba membela iman kristen terhadap filsafat yunani, dengan memakai alasan yang diambil dari filsafat yunani itu sendiri. 
Di dalam segala pembelaan ini para apologit memanfaatkan filsasafat yunani. Yustinus umpamanya menegaskan, bahwa agama kristen bukanlah agama baru, sebab agama kristen lebih tua dari paa filsafat yunani. Nabi Musa telah menubuatkan kadatangan kristus. Musa hidup sebelu Plato, padahakl Plato Menurunkan hikmatnya dari hikmat musa.demikianlah para filsuf yunani telah menimbah mat dari kitab suci orang yahudi. 
Tokoh-tokoh
1)        Irenaeus (202) Menentang Gnostik dengan alas an yang dialetis dan dengan pembuktian dari kitab suci, dan menunjukkan bahwa uraian para ahli gnostik banyak yang bertentangan dengan dirinya sendiri, atau jika dipikirkan lebih lanjut sampai kepada hal-hal yang tidak mungkin. Umpamanya, Iraeneus menunjukan, bahwa Allah adalah Esa, oleh karena itu tidak mungkin sejak semula ada sesuatu yang di atasNya ataudi bawahNya. 
2)        Klemens dari Aleksrandra ( 150-214) termasuk aliran yang disebut maszab Aleksandra. pada waktu Aleksandra menjadi pusat internasional, kebudayaan berkembang disitu, sehingga timbullah hidup filsafat yang girang.
Suatu tujuan rangkap ingin ia capai, yaitu memberi batasan-batasan kepada ajaran Kristen guna mempertahankan diri terhadap filsafat yunani dan aliran Gnotik dan menerangi ajaran kriten dengan pertolongan filsafat yuanni. 
Klemens menerima pendirian mengenai adanya dua macam penciptaan, pertama-tama yang diciptakan adaklah dunia yang tak menampak kemudian diciptakan dunia yang menampak sesuai dengan dunia yang tidak tampak. 
3)        Origenes (185-254). Ia menggantikan klemens menjadi kepala sekolah kateketik hingga tahun 231 dan memimpin sekolah kateketik di Kesaria. Origines adalah orang pertama yang memberikan suatu uraian sistematis tentang teoloogia, persoalannya adalah bagaimana hubungan iman dan pengetahuan. Menurut aliran Gnotik adalah iman harus dinaikan menjadi pengetahuan (gnosis), sehingga untuk tidak diperlukan lagi. Menurut Klemen, iman adalah awal pengetahuan yang harus berkembang menjadi pengetahuan, tetapi pengetahuan tidak meniadakan iman (iman tidak mempunyai tempat yang pusat). Pendirian Origines yangterpenting adalah mengenai kehendak bebas, yang dapat digunakan untuk memperoleh karunia agar dapat diselamatkan oleh Kristus dan dibimbing kearah kesempurnaan. 
4)        Madzhab Aleksandria yang kemudian melahirkan tkoh-tokoh yang lebih pentig dan besar pengaruhnya di kehidupan gereja pada waktu itu, yakni: Gregorius Nazianze (390), Basilius yang Agung pengertian, Gregorius dari Nyssa(395). Mereka adalah para ahli filasafat yang mempelajari manusia dan Allah sebagai sang pencipta alam semesta. Filsafat ini mengajarkan bahwa akal dapat mengenal Allah dengan mempelajari hasil penciptaan, akan tetapi pengetahuan tidak menyelamatkan karena kasih karunia semata-mata, dimana puncak pengetahuan adalah “memandang Allah sendiri”. 
5)        Filsafat Byzantium selama abad pertengahan melanjutkan tradisi-tradisi filsafat Yunani dan Patristik. 
C.    Patristik Barat
Dalam patristik latin kita mekihat bahwa seperti halnya dalam patristik yunani, sejak semula kita dapati dua macam sikap yang berbeda dalam mengahadapi filsafat. 
Tokoh-tokoh
1)        Tertullianus (160-222), buah karyanya yang ditulis ketika ia masih ortodoks menampakkan bahwa ia menolak filsafat. Bagi orang Kristen wahyu sudah cukup, tiada hubungannya antara telogia dengan filsafat, antara Yerusalem dengan Athena, antara gerja dengan akademi, antara Kristen dengan bidat. 
2)        Aurelius Augustinus (354-430) Dilahirkan di Thagaste di Numedia, ayahnya adalah seorang bukan Kristen, tetapi ibunya adalah seorang kristen yang saleh. dan semasa hidupnya dia menuruti hawa nafsu, diombang-ambingkan dari Manikheisme kedalam Skeptisisme dan Neoplatonisme yang akhirnya bertobat. Karena kesalehan dan kecakapannya diangkat menjadi uskup di Hippo (396) dan membentuk “Filsafat Kristen” berpengaruh pada abad pertengahan. Ajaran yang terpenting adalah Confessiones (Pengakuan-pengakuan), De Trinitate (tentang Trinitas) dan De Civiate Dei( tentang Negara Allah). Aliran ini adalah dibidang Teologis dan Filsafat, pemikirannya bersifat filsafati semata-mata.(dia menetang aliran Skeptisisme, karena Skeptisisme disebabkan karena adanya pertentangan batiniah). 
Kita dapat mengatakan tentang Agustinus tiga hal berikut ini: 
a)         Dia menjustifikasi psikologis empiris, dengan memisahkan dan mendefinisikan dunia batin pikiran sebagai sesuatu yang berbeda dengan alam fisik.
b)        Dia mengembangkan Dualisme pikiran dan tubuh sampai pada titik di manapemisahan aktual mereka sebagai substansi yang berbeda dapat dibuat oleh Deskrates.
c)         Dia menetaokan fungsi refleksi yang dengannya diri membedakan dirinya sendiri sebagai subyek dari obyek pemikirannya.
3)        Dionisios dari Areopagos, Menurut cerita adalah Dionisios bertobat karena pemberitaan rasul Paulus di Areopagos (kisah rasul 17:34), karyanya disebut Pseudo Dioysios Areopagita, karya ini dikenal pada abad ke 6 ada 4 buku dan 10 surat yang dikaitkan dengan nama tersebut. Yang menguraikan teologi kristiani, yang mengenal Neoplatonisme dan menurutnya Allah adalah asal segala yang ada, yang keadaannya transenden secara mutlak, sehingga tidak mungkin memikirkan tentang Dia dengan cara yang benar, dan memberikan kepadaNya nama yang tepat.


DAFTAR PUSTAKA

dir=LT�rsa@I�H7�f="http://senaru.wordpress.com/2009/06/07/filsafat-helenisme-dan-romawi/">http://senaru.wordpress.com/2009/06/07/filsafat-helenisme-dan-romawi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar