Senin, 08 April 2013

EFEK KOMUNIKASI MEDIA MASSA


EFEK KOMUNIKASI MEDIA MASSA
Ada tiga dimensi efek komunikasi media massa, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuyk melakukan sesuatu menurut cara tertentu.
1.       Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.
Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa “Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya untuk memberitahu saja.
Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan.
Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang bias dan timpang. Oleh karena itu, muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebagai contoh, dalam film India, wanita sering ditampilkan sebagai makhluk yang cengeng, senang kemewahan dan seringkali cerewet. Penampilan seperti itu, bila dilakukan terus menerus, akan menciptakan stereotipe pada diri khalayak Komunikasi Massa tentang orang, objek atau lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa.
2.       Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya. Sebagai contoh, setelah kita mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten dipenjara karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi, senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut.

3.       Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama.
Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan sebagai media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat tayangan kriminal pada program “Buser” di SCTV menayangkan informasi: anak SD yang melakukan bunuh diri karena tidak diberi jajan oleh orang tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita kriminal itu ialah, agar orang tua tidak semena-mena terhadap anaknya, namun apa yang didapat, keesokan atau lusanya, dilaporkan terdapat berbagai tindakan sama yang dilakukan anak-anak SD. Inilah yang dimaksud perbedaan efek behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula bisa mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih buruk.
Mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media massa memang tidak bergantung hanya ada unsur stimuli dalam media massa saja. Kita memerlukan teori psikologi yang menjelaskan peristiwa belajar semacam ini. Teori psikolog yang dapat mnejelaskan efek prososial adalah teori belajar sosial dari Bandura. Menurutnya, kita belajar bukan saja dari pengelaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampila tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita.
Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam empat tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan (retention), proses reproduksi motoris, dan proses motivasional.
Permulaan proses belajar ialah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu (misalnya menolong orang tenggelam) atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura sebagai “abstract modeling” (misalnya sikap, nilai, atau persepsi realitas sosial). Kita mengamati peristiwa tersebut dari orang-orang sekita kita.bila peristiwa itu sudah dianati, terjadilah tahap pertama belajar sosial: perhatian. Kita baru pata mempelajari sesuatu bila kita memperhatikannya. Setiap saat kita menyaksikan berbagai peristiwa yang dapat kita teladani, namun tidak semua peristiwa itu kita perhatikan.
Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek prososial. Khalayak harus sanggup menyimpan hasil pengamatannya dalam benak benaknya dan memanggilnya kembali ketika mereka akan bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Untuk mengingat, peristiwa yang diamati harus direkam dalam bentuk imaginal dan verbal. Yang pertama disebut visual imagination, yaitu gambaran mental tentang peristiwa yang kita amati dan menyimpan gambaran itu pada memori kita. Yang kedua menunjukkan representasi dalam bentuk bahasa. Menurut Bandura, agar peristiwa itu dapat diteladani, kita bukan saja harus merekamnya dalam memori, tetapi juga harus membayangkan secara mental bagaimana kita dapat menjalankan tindakan yang kita teladani. Memvisualisasikan diri kita sedang melakukan sesuatu disebut seabagi “rehearsal”.
Selanjutnya, proses reroduksi artinya menghasilkan kembali perilaku atau tindakan yang kita amati.  Tetapi apakah kita betul-betul melaksanakan perilaku teladan itu bergantung pada motivasi? Motivasi bergantung ada peneguhan. Ada tiga macam peneguhan yang mendorong kita bertindak: peneguhan eksternal, peneguhan gantian (vicarious reinforcement), dan peneguhan diri (self reinforcement). Pelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar telah kita simpan dalam memori kita. Kita bermaksud mempraktekkannya dalam percakapan dengan kawan kita. Kita akan melakukan hanya apabila kita mengetahui orang lain tidak akan mencemoohkan kitam atau bila kita yakin orang lain akan menghargai tindakan kita. Ini yang disebut peneguhan eksternal. Jadi, kampanye bahasa Indoensia dalam TVRI dan surat kabar berhasil, bila ada iklim yang mendorong penggunaan bahasa Indoensia yang baik dan benar.
Kita juga akan terdorong melakukan perilaku teladan baik kita melihat orang lain yang berbuat sama mendapat ganjaran karena perbuatannya. Secara teoritis, agak sukar orang meniru bahasa Indonesia yang benar bila pejabat-pejabat yang memiliki reutasi tinggi justru berbahasa Indonesia yang salah. Kita memerlukan peneguhan gantian. Walaupun kita tidak mendaat ganjaran (pujian, penghargaan, status, dn sebagainya), tetapi melihat orang lain mendapat ganjaran karena perbuatan yang ingin kita teladani membantu terjadinya reproduksi motor.
Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan bila diri kita sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan dari diri sendiri itu mungkin timbul dari perasaan puas, senang, atau dipenuhinya citra diri yang ideal. Kita akan mengikuti anjuran berbahasa Indonesia yang benar bila kita yakin bahwa dengan cara itu kita memberikan kontribusi bagi kelestarian bahasa Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA
·         http://kuliahkomunikasi.com/2008/06/teori-komunikasi-massa/comment-page-1/


n�Uns����nbsp;   Sub disiplin ilmu pengembangan masyarakat Islam
Termasuk komponen ini : sistim pengembangan – pengembangan masyarakat Islam, metodologi pengembangan masyarakat Islam,peta dakwah Islam, riset dakwah partisipati, manhaj pengembangan jama’ah, sistim pemberdayaan ekonomi ummat,pembangunan jaringan lembaga keuangan syariah, sistim pengembangan lingkungan muslim, analisa dampak lingkungan dakwah, teknologi berwawasan lingkungan muslim,kebijakan dan strategi pembangunan di dunia Islam.
3.      Sub disiplin ilmu manajemen dakwah.
Termasuk dalam komponen ini : dasar- dasar manajement dakwah (pengantar studi) kepemimpinan dakwah strategis, manajement sumberdaya dakwah, manajement lembaga keuangan syariah, teori pengembangan organisasi dakwah, kebijakan, strategi dan perencanaan dakwah, manajement kemasjidan, manajement haji,umroh dan ziarah, perencanaan strategis dakwah, perbandingan organisasi dakwah dan manajement zakat, infaq dan shodaqoh,manajement wakaf.
4.      Ilmu Bantu
Termasuk dalam komponen ini,Ilmu tauhid,ilmu akhlak,ilmu mantiq(logika), filsafat dan pemikiran Islam,ulumul qur’an, ulumul hadist,ushul fiqih,tafsir,hadist,fiqih,sirah Nabi SAW, Sejarah kebudayaan Islam, BahasaIndonesia, Bahasa Arab dan inggris, metodologi, antropologi, sosiologi, ilmum komunikasi (Ilmu penerangan/penyuluan, ilmu jurnalistik, dan teknologi komunikasi) Ilmu manajement,psikologi,filsafat (umum) epistimologi, ilmu hukum,ilmu politik, ilmu ekonomi, ilmu lingkungan,ilmu penyuluhan, teknologi sanitasi, sosiatri serta ilmu kesehatan masyarakat dan lingkungan.
B.     Rancangan Pengembangan Teori Dakwah
Dalam pengembangan dakwah sebagai ilmu terasa sangat tidak mungkin tanpa dibarengi dengan adanya penemuan dan pengembangan kerangka teori dakwah. Tanpa teori dakwah maka apa yang disebut dengan ilmu dakwah tidak lebih dari sekedar kumpulan pernyatan normatif tanpa memiliki kadar analisa atas fakta dakwah atau sebaliknya hanya merupakan kumpulan pengetahuan atas fakta sehingga mandul untuk memandu pelaksanaan dakwah dalam menghadapi masalah yang kompleks.
Dengan ditemukannya teori – teori dakwah yang telah menyebabkan keberhasilan dakwah masa lalu( dengan penelitian reflektif- penafsiran maudhu’i ) dapat di ujim kembali relevensi teori dengan fakta dakwah yang ada pada saat sekarang (dengan metode riset dakwah partisipatif) dan kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan (dengan metode riset kecenderungan gerakan dakwah)
1.      Teori Medan Dakwah
Teori medan dakwah adalah teori yang menjelaskan situasi teologis, kultural, dan struktural mad’u pada saat permulaan pelaksanaan dakwah Islam.
Dakwah Islam adalah sebuah ikhtiar muslim dalam mewujudkan Islam dalam kehidupan pribadi (fardiyah) Keluarga (usroh),jama’ah (jama’ah) dan masyarakat (Ummah) dalam semua segi kehidupan sampai terwujud khoirul ummah. Khoirul ummah adalah tata sosial yang sebagian besar anggotanya bertauhid,senantiasa menegakkan yang ma’ruf (tata sosial yang adil) dan secara berjama’ah senantiasa berusaha mencegah yang mungkar (tata sosial yang dholim) yang inti pengerak interaksinya adalah birr dan taqwa.
2.      Teori Proses dan Tahapan dakwah
Ada beberapa tahapan dakwah Rosulullah dan para sahabatnya yaitu :
1.      Model dakwah dalam tahapan pembentukan (Takwin)
Pada tahapan ini kegiatan utamanya adalah dakwah bil lisan(tabliqh) sebagai ikhtiar sosialisasi ajaran tauhid kepada masyarakat Makkah,interaksi rosulullah Saw dengan para Mad’u mengalami ekstensi secara bertahap, keluarga terdekat ittisal fardhi dan kemudian kepada para kaum musrikin,ittisal jama’isasarannya Bagaimana supaya terjadi internalisasi Islam dalam kepribadian mad’u,kemudian apa yang sudah di terima dan di cerna dapat diekspresikan dalam ghirah dan sikap membela keimanan dari tekanan struktural al mala dan al mutrafin quraisy Mekkah.hasilnya sangat signifikan,para elit dan massa masyarakat menerima dakwahnya.
2.      Tahap Penataan Dakwah.(tandzim)
Merupakan hasil internalisasi dan eksternalisasi Islam dalam bentuk institusionalisasi Islam secara komprehenshif dalam realitas sosial,yang diawali dengan hijrah Nabi SAW,hijrah yang dilaksanakan setelah nabi memahami karateristik sosial Madinah baik melalui informasi yang diterima dari mush’ab bin umair maupun interaksi nabi dengan jama’ah haji peserta Baiatul Aqobah.dari strategi dakwah hijrah dilakukan ketika tekanan kultural,struktural dan militer sudah sedemikian mencekam,sehingga jika tidak dilaksanakan hijrah, dakwah, dapat mengalami involusi kelembagaan dan menjadi rapuh.
3.      Teori Analisa Sistem Dakwah.
Penulis secara khusus meneliti dakwah Islam dengan pendekatan teori sistem umum (The general system theory) yang hasilnya antara lain menyatakan :
1.      Dakwah Islam adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang saling berhubungan,bergantung dan berinteraksi dalam mencapai tujuan dakwah.
2.      Dakwah Nabi Muhammad SAW berjalan menurut alur sistem dakwah yang doarahkan Allah SWT yang menjadi sunnah Allah yang berlaku dalam dakwah Islam yang bersifat tetap,obyetktif dan universal.
3.      Dakwah Islam sebagai suatu sistem memiliki masukan utama(raw input) berupa materi pokok dakwah dari wahyu allah(al qur’an) dan assunnah ketika dikonversikan menjadi keluaran baik dalam dataran pribadi,keluarga,kelompok,masyarakat dan negara telah menimbulkan kemelut dan goncangan sosial yang besar ditengah tata sosial,budaya dan peradapan yang telah mapan di tengah masyarakat.
4.      Keberhasilan dakwah yang mendatangkan perubahan masyarakat yang signifikan adalah dakwah yang dijalankan dalam sebuah sistem yang subsistem konversinya berfungsi secara maksimal dalam mentransformasikan masukan menjadi keluaran,yang ditopang oleh kepemimpinan yang kuat yang visioner berorentasi pada tujuan dan perubahan lingkungan masyarakat
5.      Sistem dakwah Islam berjalan tepat guna ketika masukan sarana berupa metode,peta,dana dan fasilitas dakwah tersedia secara memadai.pemilihan dan penerapan metode yang tidak tepat dalam melakukan proses transformasi Islam akan melahirkan tatanan masyarakat berpandangan ganda disatu pihak menyatakan beriman kepada Allah tetapi menolak menerapkan Syari’ah dalam kehidupan bermayarakat dan bernegara .
6.      Momentum berkembangnya dakwah Islam adalah karena adanya keluaran berupa negara yang menjadikan syari’ah sebagai otoritas tertinggi dalam menilai dan mengatur kehidupan masyarakat dan negara.
7.      Balikan dari tanggapan lingkungan masyarakat(mad’u) terhadap harakah dakwah Islam sebagai suatu sistem melahirkan 4 pola dasar : Pertama informasi mengenai medan dakwah, Kedua dukungan masyarakat yang menerima dakwah Islam(umat ijabah)maka akan menjadi faktor yang dominan dalam penguatan sistem utamanya dalam masyarakat Ketiga hambatan masyarakat yang menolak dakwah Islam akan menjadi faktir penghambat dan proses konversi sistem dakwah Islam sebagai bentuk balikan negatif yang memerlukan penyelesaian secara tuntas. Keempat kelompok masyarakat yang bersifat netral terhadap dakwah Islam tidak menerima dan tidak menolak dakwah Islam secara tegas serta tidak memberikan hambatan dakwah Islam.


DAFTAR PUSTAKA

o   http://www.bpinews.info/2009/11/pengembangan-dakwah-melalui-bimbingan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar