Kamis, 11 April 2013

Faktor Penyebab Kanker pada Rahim


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kanker rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Kanker ini dapat hadir dengan pendarahan vagina, tetapi gejala kanker ini tidak terlihat sampai kanker memasuki stadium yang lebih jauh, yang membuat kanker rahim fokus pengamatan menggunakan Pap smear. Di negara berkembang, penggunaan secara luas program pengamatan rahim mengurangi insiden kanker rahim yang invasif sebesar 50% atau lebih. Kebanyakan penelitian menemukan bahwa infeksi human papillomavirus (HPV) bertanggung jawab untuk semua kasus kanker rahim. Perawatan termasuk operasi pada stadium awal, dan kemoterapi dan/atau radioterapi pada stadium akhir penyakit.
Human papilloma virus (HPV) 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70% kasus kanker serviks di dunia. Perjalanan dari infeksi HPV hingga menjadi kanker serviks memakan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 10 hingga 20 tahun. Namun proses penginfeksian ini seringkali tidak disadari oleh para penderita, karena proses HPV kemudian menjadi pra-kanker sebagian besar berlangsung tanpa gejala.
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Faktor Penyebab Kanker pada Rahim
Terkadang Anda tidak menyadari bahwa kebiasaan yang sering Anda lakukan ternyata menjadi pemicu munculnya kanker dalam rahim Anda. Memang ini tidak sepenuhnya salah Anda, mungkin saja karena ketidaktahuan Anda. Salah satu kebiasaan yang sering dilakukan para wanita, misalnya karena ingin selalu tampil bersih, sehingga sering mencuci vaginanya dengan antiseptik. Padahal apa yang dilakukannya tanpa ada saran dan anjuran dari dokter.
Contoh lain adalah Anda sering menaburkan bedak bubuk pada vagina Anda yang juga masuk dalam kategori kebiasaan yang yang memicu munculnya kanker rahim. Menurut Dr. Nasdaldy, SpOG dalam sebuah seminar yang diadakan di RS Dharmais, bahwa sangat penting mengutamakan pencegahan karena otomatis akan mencegah terpaparnya substansi yng menyebabkan kanker itu tumbuh dan menyebar luas. Pencegahan awal bisa dengan cara menghindari tindakan yang memicu atau memeriksakan diri jika sudah ada gejala-gejala sakit atau nyeri di sekitar perut atau rahim.
Berdasarkan keterangan beberapa dokter di RS Dharmais, ada beberapa kebiasaan yang harus dihindari dari serangan kanker rahim.
1.      Merokok
Pada prinsipnya nikotin mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau terangsang. Terutama pada tenggorokan, paru-paru dan leher rahim. Semakin banyak nikotin yang Anda hisap maka semakin banyak yang diserap oleh tenggorokan, akibatnya semakin besar kemungkinan tiga organ itu terkontaminasi.
2.      Pembersihan vagina
Berbagai merk antiseptik pembersih khusus vagina di pasaran dengan slogan iklan yang sangat menggoda. Padahal bahan kimia pada antiseptik tersebut akan menimbulkan iritasi pada leher rahim. Seringnya para wanita tergoda oleh label obat pencuci yang konon mampu membasmi kuman pada vagina. Padahal pada vagina terdapat kuman yang disebut Basillus Doderlain, penghasil asam laktat yang memang fungsinya menjaga kelembaban vagina.
3.      Menaburi bedak pada vagina
Kesegaran akan selalu membawa efek nyaman bagi kita. Begitu juga jika Anda memang selalu ingin menjaga vagina Anda segar, biasanya suka menaburinya dengan bedak. Namun ternyata di samping kesegaran yang diinginkan ada kemungkinan terkena kanker ovarium (indung telur). Karena jika ada satu butir dari bedak tersebut yang menempel, maka akan mengalami infeksi dan menimbulkan luka di ovarium.
4.      Diet rendah lemak
Lemak potensial memproduksi hormon estrogen, jika terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak maka estrogen pun semakin banyak. Jika endometrium (badan rahim) terpapar oleh hormon ini maka akan cepat sekali berubah wujud menjadi kanker. Jadi pola makan pun berkaitan dengan kemungkinan Anda mengidap kanker.
  1. Kekurangan vitamin C, beta karoten dan asam folat
Vitamin C, beta karoten dan asal folat dapat memperbaiki atau memperkuat mukosa serviks. Kekurangan vitamin C, beta karoten dan asal folat bisa menyebabkan timbulnya kanker serviks. Beta karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat dalam buah-buahan berwarna oranye, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut.
6.      Hubungan seks terlalu dini
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari ia sudah menstruasi atau belum. Tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa yang terdapat diselaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita tersebut berusia 20 tahun ke atas. Seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun akan beresiko menderita kanker serviks karena sel-sel mukosa pada serviks belum matang.
7.      Berganti-ganti pasangan
Kanker serviks bisa juga diakibatkan karena seringnya berganti-ganti pasangan. Bila berganti-ganti pasangan, hal ini terkait dengan kemungkinan
tertularnya penyakit kelamin, salah satunya adalah Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak yang akhirnya menjadi sel-sel kanker.
8.      Terlambat menikah
Wanita yang tidak atau terlambat menikah pun bisa berisiko terkena kanker ovarium dan kanker endometrium karena mengalami ovulasi tanpa jeda sehingga rangsangan terhadap endometrium pun terjadi terus-menerus. Akibatnya bisa membuat sel-sel di endometrium berubah sifat jadi kanker. Risiko yang sama pun akan dihadapi wanita menikah yang tidak mau punya anak.
9.      Penggunaan estrogen
Risiko yang sama akan terjadi pada wanita yang terlambat menopause karena rangsangan terhadap endometrium akan lebih lama, sehingga endometriumnya akan lebih sering terpapar hormon estrogen. Pemakaian hormon estrogen sangat berisiko karena estrogen merangsang semakin menebalnya dinding endometrium dan merangsang sel-sel endometrium sehingga berubah sifat menjadi sel-sel kanker. Sebaiknya penggunaan hormon estrogen harus atas pengawasan dokter.
B.     Gejala Kanker Rahim
Pada awalnya perjalanan penyakit dari kanker rahim dapat berupa pembakal kanker atau lesi prakanker. Perubahan prekanker ini biasanya tidak menimbulkan gejala dan tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul atau pap smear.
Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Pada saat ini dapat timbul gejala seperti gangguan menstruasi, perdarahan vagina, serta keputihan.
Jika kanker berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-gejala seperti:
       Berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan, kelelahan
       Nyeri panggul, punggung dan tungkai
       Keluar air kemih dan tinja dari vagina
       Patah tulang
C.    Pencegahan Kanker Rahim
1.      Vaksinasi Wajib
Sebagai orangtua, tentu akan mengambil langkah apa pun secepat mungkin yang terbaik untuk anak. Tentu khawatir mengenai bahaya kanker rahim dan bila sudah ada pencegahannya, kenapa itu tidak dilakukan?
Remaja putri merupakan target ideal untuk mendapatkan vaksinasi kanker leher rahim. “Sebenarnya vaksinasi ini bisa diberikan kepada perempuan segala umur, tetapi ada syaratnya, yaitu tidak ada kontak seksual, kondisi leher rahim normal, dan tak ada lesi pra kanker. Di Amerika Serikat, usia ideal perempuan untuk divaksinasi 9 hingga 13 tahun, mungkin di Indonesia dari 14 hingga 27 tahun,” papar Dr. Nugroho.
Pemberian vaksin dilakukan tiga kali berturut-turut. Setelah vaksin pertama, dua bulan berikutnya pasien hares kembali untuk vaksinasi kedua. Vaksin ketiga atau terakhir berjarak enam bulan kemudian.
Harga per suntikan vaksin Rp 950 ribu hingga satu juta. “Itu belum biaya lain-lain,” ujar Dr. Nugroho. Memang diakuinya mahal dan saat ini baru bisa dijangkau kalangan menengah ke atas.
“Di masa depan vaksinasi jenis ini jadi sebuah kewajiban di negara maju seperti di AS. Saya yakin karena masuk vaksinasi wajib, kelak harganya bakal turun seperti dalam kasus vaksin hepatitis B,” katanya.
2.      Ditularkan Pria
Diakui oleh Dr. Nugroho, vaksinasi itu hanya mencegah HPV jenis 16 dan 18 yang berisiko menyebabkan kanker leher rahim. “Vaksin ini tidak bisa membunuh 30 hingga 40 HPV yang menyerang organ reproduksi dari 120 jenis yang telah diketahui. Namun, ada juga beberapa jenis HPV yang ikut tercegah berkat vaksinasi ini,” ungkapnya.
Cara penularan HPV bisa melalui jalur seks dan non-seks. Jalur seks terjadi lewat kontak alat kelamin, baik lewat hubungan seks ataupun seks oral. Jalur non-seks terjadi lewat baju dalam, sarung tangan operasi, maupun kelahiran normal lewat vagina. Dalam hal ini virus berpindah ke bayi dari vagina lewat saluran pernapasan bayi.
Infeksi HPV ini, menurut Dr. Nugroho, tergolong dalam penyakit menular seksual (PMS). Lebih dari 75 persen wanita yang berhubungan intim pernah terinfeksi virus HPV. Puncak infeksi ini terjadi antara umur 18 hingga 22 tahun. Infeksi itu meningkat berlipat-lipat risikonya jika sering berganti pasangan. “Ingatlah pula bahwa pria juga dapat menularkan HPV,” sebutnya.
Infeksi ini bisa pula terjadi pada diri Anda. Bila itu terjadi, virus HPV 80 persen akan dibersihkan lewat sistem kekebalan tubuh. Sisanya kemungkinan menjadi Infeksi menetap di dalam tubuh dan berisiko kanker leher rahim.
Meskipun sudah divaksinasi, tes pap smear tetap disarankan oleh Dr. Nugroho. “Jika Anda sudah menikah atau melakukan hubngan seks, lakukan pap smear secara teratur,” katanya. Pap smear adalah prosedur pengambilan sel dari leher rahim untuk diperiksa mikroskop demi mendeteksi adanya kelainan pada leher rahim.
Vaksinasi dan pap smear bersamaan dengan edukasi soal kanker leher rahim itu merupakan langkah pencegahan kanker tersebut. “Dari data rumah sakit, kanker leher rahim merupakan pembunuh nomor satu di Indonesia. Dari data populasi, kanker payudara nomor satu di Indonesia,” katanya.
Menurut data WHO setiap tahun di seluruh dunia 490 ribu perempuan didiagnosis menderita kanker leher rahim. Sebagian besar penderita kanker itu ada di negara-negara berkembang. Dari angka 490 ribu, 240 ribu di antaranya meninggal dunia.
3.      Kenali Organ Reproduksi Anda
Serviks adalah organ bagian dari sistem reproduksi perempuan. Ini merupakan bagian bawah dari uterus alias rahim yang berbentuk seperti buah pir. Leher rahim ini merupakan penghubung rahim dengan vagina. Lewat saluran leher rahim ini darah menstruasi mengalir setiap bulan keluar lewat vagina.
Serviks jugs memproduksi lendir. Lendir ini bertugas membantu sperma berpindah dari vagina menuju rahim. Selama kehamilan, serviks tertutup rapat demi melindungi bayi di dalam rahim. Ketika bayi sudah siap dilahirkan, leher rahim ini membuka, sehingga bayi mampu melewati vagina.
D.    Kanker pada Rahim dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Reproduksi
Rahim adalah organ reproduksi betina yang utama pada manusia. Kanker rahim banyak tejadi di indonesia. Kanker rahim harus segera diatasi dan diobati agar tidak menyebar dan menyebabkan kematian. Kanker Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks (rahim) biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker serviks atau kanker rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks (kanker rahim) dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
Kanker (rahim) serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali. Jika sel serviks (rahim) terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker rahim atau kanker serviks (rahim). Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti.
Sel-sel pada permukaan serviks (rahim) kadang tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel serviks merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi kanker. Saat ini telah digunakan istilah yang berbeda untuk perubahan abnormal pada sel-sel di permukaan serviks (rahim), salah satu diantaranya adalah lesi skuamosa intraepitel (lesi artinya kelainan jaringan, intraepitel artinya sel-sel yang abnormal hanya ditemukan di lapisan permukaan).
Perubahan pada sel-sel ini bisa dibagi ke dalam 2 kelompok:
1.      Lesi tingkat rendah : merupakan perubahan dini pada ukuran, bentuk dan jumlah sel yang membentuk permukaan serviks. Beberapa lesi tingkat rendah menghilang dengan sendirinya. Tetapi yang lainnya tumbuh menjadi lebih besar dan lebih abnormal, membentuk lesi tingkat tinggi. Lesi tingkat rendah juga disebut displasia ringan atau neoplasia intraepitel servikal 1 (NIS 1). Lesi tingkat rendah paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 25-35 tahun, tetapi juga bisa terjadi pada semua kelompok umur.
1.
   2. Lesi tingkat tinggi : ditemukan sejumlah besar sel prekanker yang tampak sangat berbeda dari sel yang normal. Perubahan prekanker ini hanya terjadi pada sel di permukaan serviks. Selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, sel-sel tersebut tidak akan menjadi ganas dan tidak akan menyusup ke lapisan serviks yang lebih dalam. Lesi tingkat tinggi juga disebut displasia menengah atau displasia berat, NIS 2 atau 3, atau karsinoma in situ. Lesi tingkat tinggi paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 30-40 tahun.
Jika sel-sel abnormal menyebar lebih dalam ke dalam serviks atau ke jaringan maupun organ lainnya, mada keadaannya disebut kanker serviks atau kanker serviks (rahim) invasif. Kanker serviks (rahim) paling sering ditemukan pada usia diatas 40 tahun.
E.     Diagnosa Kanker Rahim
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
1.      Pap smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker servikspun menurun sampai lebih dari 50%.
Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun.
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks (rahim):
      - Normal
      - Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
      - Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
      - Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)
      - Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks (rahim) yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).
2.      Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
3.      Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
3.
4.      Tes Schiller
Serviks diolesi dengan lauran yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.


DAFTAR PUSTAKA

1 komentar: