BAB I
PENDAHULUAN
Al Qur’an adalah kitab suci berbahasa Arab yang
berisi wahyu-wahyu Allah SWT yang dibawa oleh Muhammad saw. Beliau saw.
menerima wahyu tersebut secara berangsur-angsur sejak beliau diutus menjadi
Rasul hingga beliau wafat dalam kurun waktu kurang lebih 22-23 tahun.
Dalam agama Islam, keimanan kepada Al Qur’an adalah bagian
dari rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, para malaikatNya,
kitab-kitabNya, para rasulNya, hari akhir, dan iman kepada qadla/qadar Allah
SWT, yang baik maupun yang buruk.
Sejarah mencatat bahwa Al Qur’an adalah kitab suci yang
menjadi pedoman Rasulullah saw. dan para sahabat dalam kehidupan mereka,
termasuk dakwah yang mereka lakukan. Demikian pula yang dilakukan oleh kaum
muslimin pada masa-masa berikutnya. Bahkan Rasulullah saw. sendiri oleh Aisyah
r.a. disifati sebagai : Al Qur’an yamsyi = Al Qur’an yang berjalan!
Kita, kaum muslimin di masa kini, alhamdulillah lahir dalam
keadaan Al Qur’an sudah tersedia berjuta-juta copy dalam keadaan tercetak rapi
dalam berbagai model dan ukuran! Namun yang menjadi masalah, kita tidak melihat
situasi dan kondisi pada saat Al Qur’an turun. Juga kita tidak hidup bersama
Rasulullah saw. yang merupakan orang pilihan (musthafa) yang membawa Al
Qur’an dan mengajarkan kepada manusia. Beliau dengan kepribadian sempurna,
dengan sejumlah mukjizat yang mencengangkan manusia, dan kemampuan Al Qur’an
dan Hikmah menyelesaikan problem-problem mutakhir waktu itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Al-Qur’an dan Wahyu
1.
Al-Qur’an
Adalah
Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya,
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat an-Naas.
Allah
ta’ala berfirman, “Sesungguhnya
Kami telah menurunkan al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan beransur-ansur.” (al-Insaan:23)
Dan
firman-Nya, “Sesungguhnya
Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya.” (Yusuf:2)
Allah
ta’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah,
mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta’ala telah menjamin akan menjaganya
sebagaimana dalam firman-Nya, “Sesunggunya
Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (al-Hijr:9)
Oleh karena
itu, selama berabad-abad telah berlangsung namun tidak satu pun musuh-musuh
Allah yang berupaya untuk merubah isinya, menambah, mengurangi atau pun
menggantinya. Allah SWT pasti menghancurkan tabirnya dan membuka tipudayanya.
2. Wahyu
Dalam syariat
Islam, wahyu adalah qalam atau pengetahuan dari Allah,
yang diturunkan kepada seorang nabi atau rasul dengan perantara malaikat
ataupun secara langsung. Prosesnya datangnya wahyu bisa melalui suara, berupa firman dan melalui
visi/mimpi.
B.
Cara Al-Qur’an Diturunkan dan Hikmahnya
Al-Qur'an
diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Malaikat
Jibril selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Dalam proses pewahyuannya,
terdapat beberapa cara untuk menyampaikan wahyu yang dibawa Malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad, diantaranya:
- Malaikat Jibril memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi. Dalam hal ini, Nabi tidak melihat sesuatu apapun, hanya merasa bahwa wahyu itu sudah berada di dalam kalbunya. Mengenai hal ini, Nabi mengatakan: Ruhul Qudus mewahyukan ke dalam kalbuku.
- Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi menjadi seorang lelaki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga Nabi mengetahui dan dapat menghafal kata-kata itu.
- Wahyu datang kepada Nabi seperti gemerincingnya lonceng. Cara ini dirasakan paling berat bagi Nabi. Kadang pada keningnya berkeringat, meskipun turunnya wahyu di musim dingin. Kadang unta Baginda Nabi terpaksa berhenti dan duduk karena merasa berat bila wahyu turun ketika Nabi sedang mengendarai unta.
- Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki, tetapi benar-benar sebagaimana rupa aslinya
v Hikmahnya
Al-Qur’an tidak diturunkan kepada Rasulullah Shallahu
‘Alaihi wa Sallam sekaligus satu kitab. Tetapi secara berangsur-angsur,
surat-persurat, ayat-perayat menurut tuntutan peristiwa yang melatarinya.
Lantas apa hikmahnya? Hikmah atau tujuannya ialah:
1.
Untuk menguatkan hati Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam .
Firman-Nya:
“Orang-orang kafir berkata, kenapa Qur’an tidak turun
kepadanya sekali turun saja? Begitulah, supaya kami kuatkan hatimu dengannya
dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)
Kata Abu Syamah, ayat itu menerangkan
bahwa Allah memang sengaja menurunkan Qur’an secara berangsur-angsur. Tidak
sekali turun langsung berbentuk kitab seperti kitab-kitab yang diturunkan
kepada rasul sebelumnya, tidak. Lantas apa rahasia dan tujuannya? Tujuannya
ialah untuk meneguhkan hati Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam . Sebab dengan
turunnya wahyu secara bertahap menurut peristiwa, kondisi, dan situasi yang
mengiringinya, tentu hal itu lebih sangat kuat menancap dan sangat terkesan di
hati sang penerima wahyu tersebut, yakni Muhammad. Dengan begitu turunnya
melaikat kepada beliau juga lebih intens (sering), yang tentunya akan membawa
dampak psikologis kepada beliau; terbaharui semangatnya dalam mengemban risalah
dari sisi Allah. Beliau tentunya juga sangat bergembira yang sulit diungkapkan
dengan kata-kata. Karena itu saat-saat yang paling baik di bulan Ramadhan,
ialah seringnya perjumpaan beliau dengan Jibril.
2.
Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur’an
karena menurut mereka aneh kalau kitab suci diturunkan secara berangsur-angsur.
Dengan begitu Allah menantang mereka untuk membuat satu surat saja yang (tak
perlu melebihi) sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak sanggup membuat
satu surat saja yang seperti Qur’an, apalagi membuat langsung satu kitab.
3.
Supaya mudah dihapal dan dipahami. Memang, dengan turunnya
Qur’an secara berangsur-angsur, sangatlah mudah bagi manusia untuk menghafal
serta memahami maknanya. Lebih-lebih bagi orang-orang yang buta huruf seperti
orang-orang arab pada saat itu; Qur’an turun secara berangsur-angsur tentu
sangat menolong mereka dalam menghafal serta memahami ayat-ayatnya. Memang,
ayat-ayat Qur’an begitu turun oleh para sahabat langsung dihafalkan dengan
baik, dipahami maknanya, lantas dipraktekkan langsung dalam kehidupan
sehari-hari. Itulah sebabnya Umar bin Khattab pernah berkata:
“Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat-lima ayat. Karena Jibril
biasa turun membawa Qur’an kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam lima
ayat-lima ayat.” (HR. Baihaqi)
4.
Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima Qur’an dan
giat mengamalkannya. Dengan begitu kaum muslimin waktu itu memang senantiasa
menginginkan serta merindukan turunnya ayat-ayat Qur’an. Apalagi pada saat
memerlukannya karena ada peristiwa yang sangat menuntut penyelesaian wahyu;
seperti ayat-ayat mengenai kabar bohong yang disebarkan oleh kaum munafik untuk
memfitnah bunda Aisyah, dan ayat-ayat tentang li’an.
5.
Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap
dalam menetapkan suatu hukum. Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur; yakni
dimulai dari maslaah-masalah yang sangat penting kemudian menyusul
masalah-masalah yang penting. Nah, karena masalah yang sangat pokok dalam Islam
adalah masalah Iman, maka pertama kali yang dipriorotaskan oleh Al-Qur’an ialah
tentang keimanan kepada Allah, malaikat, iman kepada kitab-kitbnya, para
rasulnya, iman kepdaa hari akhir, kebangkitan dari kubur, dan surga neraka. Hal
itu didukung dengan dalil-dalil yang rasional yang tujuan untuk mencabut
kepercayaan-kepercayaan jahiliyah yang berpuluh-puluh tahun telah menancap di
hati orang-orang musyrik untuk ditanami/diganti dengan benih-benih akidah
Islamiyah.
C.
Makiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut
tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat
Mekkah) dan Madaniyah
(surat Madinah).
Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di
mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah
digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada
surat Madaniyah yang turun di Mekkah.
D.
Pokok-pokok Isi Kandungan Al-Qur'an
Di dalam
surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang secara garis besar
dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian
atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya, yaitu sebagaimana
berikut ini :
1.
Aqidah / Akidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang
pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah
tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang
tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah
salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap
rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
2.
Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari pengertian "fuqaha" ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya.
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari pengertian "fuqaha" ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya.
3.
Akhlaq / Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang
terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah.
Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya
dan menjauhi laranganNya.
4.
Hukum-Hukum
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Alqur'an ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu'amalat, munakahat, faraidh dan jihad.
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Alqur'an ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu'amalat, munakahat, faraidh dan jihad.
5.
Peringatan / Tadzkir
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada
manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau waa'id. Tadzkir juga
bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan
balasan berupa nikmat surga jannah atau waa'ad. Di samping itu ada pula
gambaran yang menyenangkan di dalam alquran atau disebut juga targhib dan
kebalikannya gambarang yang menakutkan dengan istilah lainnya tarhib.
6.
Sejarah-Sejarah atau Kisah-Kisah
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik
yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang
mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang
baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikibar.
7.
Dorongan Untuk Berpikir
Di dalam al-qur'an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang
memerlukan pemikiran menusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan
kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.
DAFTAR PUSTAKA
§ http://salafiyunpad.wordpress.com/2008/03/25/hikmah-diturunkannya-al-quran-secara-berangsur-angsur/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar