BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam
melakukan penelitian, populasi dan sampel merupakan satu komponen yang sangat
perlu diperlukan. Populasi dan sampel sebagai keseluruhan atau sebagian contoh
dari objek-objek yang diteliti. Mendengar istilah sampel, orang akan akan
cenderung menghubungkannya dengan contoh. Misalnya ketika jalan-jalan dipusat
perbelanjaan dan diberikan hadiah sabun dalam bentuk yang lebih kecil, maka
disebut sampel (contoh) sabun (asli). Lalu, apa hubungannya sampel barang
tersebut dengan statistik?
Dalam menentukan populasi dan sampel
penelitian, sudah barang tentu haruslah sesuai dengan langkah-langkah yang
ditentukan serta haruslah tepat dan efisien. Kendala-kendala yang timbul
selayaknya dapat diantisipasi oleh peneliti. Oleh karenanya, dalam menentukan
populasi dan sampel peneliti hendaklah memperhatikan hal-hal yang memang
berkaitan dengan populasi dan sampel, sehingga didapatkan sampel yang tepat.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian populasi
dan sampel?
2. Apa-apa saja teknik
atau cara dalam menentukan sampel?
3. Bagaimanakah teknik
dalam menentukan sampel?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk melengkapi tugas
mata kuliah Metode Penelitian.
2. Dapat menjadi karya
tulis yang berguna dalam menetapkan populasi dan sampel.
3. Dapat menjadi bahan
diskusi yang terkait dengan polulasi dan sampel.
D. METODE YANG DIGUNAKAN
Metode deskriftif dengan teknik study
kepustakaan atau literature, yaitu pengetahuan yang bersumber dari beberapa
media tulis baik berupa buku, litelatur dan media lainnya yang tentu ada
kaitannya masalah-masalah yang di bahas di dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
POPULASI DAN SAMPEL
A.
POPULASI
Populasi berasal dari
kata bahasa inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata
populasi, orang kebanyakan menghubungkannya dengan masalah-masalah
kependudukan. Hal tersebut ada benarnya juga, karena itulah makna kata populasi
sesungguhnya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya, kata populasi menjadi
amat populer, dan digunakan di berbagai disiplin ilmu.
Dalam metode
penelitiankata populasi amat populer, digunakan untuk menyebutkan serumpun atau
sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi
penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat
berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup,
dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.
Karena pengertian populasi
yang demikian diatas, maka populasi menjadi amat beragam. Kalau populasi
dilihat dari penentuan sumber data, maka populasi dapat dibedakan menjadi: populasi
terbatas dan populasi tidak terbatas.[1]
1. Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber yang jelas batas-batasnya secara
kuantitatif.
2. Populasi tak terhingga,
yaitu populasi yang memiliki sumber data yang tidak
dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif.
Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka populasi dapat dibedakan: Populasi
homogen dan Populasi heterogen.
1. Populasi homogen, yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi, memiliki sifat
yang relatif sama satu sama lainnya.
2. Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi relatif memiliki sifat-sifat
individual, dimana sifat tersebut membedakan individu anggota populasi yang
satu dengan yang lainnya.
Selain
pembedaan-pembedaaan diatas, populasi juga dapat dibedakan antara populasi
sampling dan populasi sasaran.[2]
B.
SAMPEL
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan
mampu mewakili populasi dalam penelitian. Dalam penyusunan sampel perlu disusun
kerangka sampling yaitu daftar dari semua unsur sampling dalam populasi
sampling, dengan syarat:
1.
Harus meliputi seluruh unsur sampel.
2.
Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali.
3.
Harus up to date.
4.
Batas-batasnya harus jelas.
5.
Harus dapat dilacak dilapangan.
Menurut Teken (dalam Masri Singarimbun dan Sofyan
Efendi) Ciri-ciri sample yang ideal adalah:
1.
Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya
dari seluruh populasi yang diteliti.
2.
Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil
penelitian dengan menentukan penyimpangan baku (standar) dari taksiran
yang diperoleh.
3.
Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan.
4.
Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan
biaya yang rendah.
Ada
empat faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan besar kecilnya sampel,
antara lain:
1.
Degree of homogenity dari populasi, makin homogin populasi makin sedikit
jumlah sampel yang diambil.
2.
Pressisi yang dikehendaki, makin tinggi tingkat pressisi yang dikehendaki
makin banyak jumlah sampel yang diambil.
3.
Rencana analisa
4.
Tenaga biaya dan waktu
C.
UKURAN
SAMPEL
Untuk menentukan sampel dari
populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli.
Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk
memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah
sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian survey
jumlah sampel minimum adalah 100.
Roscoe
(1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk menentukan
ukuran sampel :
- Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.
- Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
- Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
- Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Arikunto
Suharsimi (2005) memberikan pendapat sebagai berikut : “..jika peneliti
memiliki beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mareka dapat menentukan
kurang lebih 25 – 30% dari jumlah tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam
populasi hanya meliputi antara 100 – 150 orang, dan dalam pengumpulan datanya
peneliti menggunakan angket, maka sebaiknya subjek sejumlah itu diambil
seluruhnya. Namun apabila peneliti menggunakan teknik wawancara dan pengamatan,
jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik sampel dan sesuai dengan
kemampuan peneliti.
Besaran
atau jumlah sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian
atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan,
pada penelitian sosial maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin
besar tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu
diperhatikan adalah semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi)
maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil
jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan
generalisasi.
Beberapa rumus untuk menentukan
jumlah sampel antara lain :[3]
1.
Rumus Slovin
n
= N/N(d)2 + 1
n = sampel;
N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya,
jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%,
maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 /
125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
2.
Tabel Isaac
dan Michael
Tabel
penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan kemudahan penentuan
jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini,
peneliti dapat secara langsung menentukan besaran sampel berdasarkan jumlah
populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki.
D.
TEKNIK-TEKNIK
SAMPEL
Teknik
sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang secara umum terbagi dua yaitu
probability sampling dan non probability sampling.
Dalam
pengambilan sampel cara probabilitas besarnya peluang atau probabilitas elemen
populasi untuk terpilih sebagai subjek diketahui. Sedangkan dalam pengambilan
sampel dengan cara nonprobability besarnya peluang elemen untuk ditentukan
sebagai sampel tidak diketahui. Menurut Sekaran (2006), desain pengambilan
sampel dengan cara probabilitas jika representasi sampel adalah penting dalam
rangka generalisasi lebih luas. Bila waktu atau faktor lainnya, dan masalah
generalisasi tidak diperlukan, maka cara nonprobability biasanya yang
digunakan.
1.
Probability
Sampling
Probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama
kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik ini meliputi simpel
random sampling, sistematis sampling, proportioate stratified random sampling,
disproportionate stratified random sampling, dan cluster sampling.
·
Simple
random sampling
Teknik
ini adalah teknik yang paling sederhana (simple). Sampel diambil secara acak,
tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi.[4]
Misalnya :
Populasi adalah siswa SD Negeri XX
Jakarta yang berjumlah 500 orang. Jumlah sampel ditentukan dengan Tabel Isaac
dan Michael dengan tingkat kesalahan adalah sebesar 5% sehingga jumlah sampel
ditentukan sebesar 205.
Jumlah sampel 205 ini selanjutnya
diambil secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia dan jenis kelamin.
·
Sampling Sistematis
Adalah
teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi baik yang berdasarkan
nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu,
ruang dengan urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.
Contohnya :
Akan diambil sampel dari populasi
karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini diurutkan dari 1 – 125 berdasarkan
absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil berdasarkan nomor genap
(2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dst), atau bisa juga mengambil nomor
kelipatan (2, 4, 8, 16, dst)
·
Proportionate
Stratified Random Sampling
Teknik
ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya
memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.
Misalnya, populasi adalah karyawan
PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus Slovin (lihat contoh di atas) dan tingkat
kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri terbagi ke
dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-masing
berjumlah :
Marketing : 15
Produksi
: 75
Penjualan : 35
Maka jumlah sample yang diambil
berdasarkan masing-masinng bagian tersebut ditentukan kembali dengan rumus n =
(populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan
Marketing : 15 /
125 x 95 =
11,4 dibulatkan 11
Produksi
: 75 / 125 x
95 = 57
Penjualan : 35 /
125 x 95 =
26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample
kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.
Teknik ini umumnya digunakan pada
populasi yang diteliti adalah keterogen (tidak sejenis) yang dalam hal ini
berbeda dalam hal bidang kerja sehingga besaran sampel pada masing-masing
strata atau kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh
·
Disproportionate
Stratified Random Sampling
Disproporsional stratified random
sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan proportionate stratified random
sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun, ketidakproporsionalan
penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota populasi berstrata
namun kurang proporsional pembagiannya.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ
berjumlah 1000 orang yang berstrata berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA,
DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang yaitu :
SMP : 100 orang
SMA : 700 orang
DIII : 180 orang
S1 : 10
orang
S2 : 10
orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan
S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan strata
yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai sampel
·
Cluster
Sampling
Cluster
sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi sangat
luas misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang
tersebar di seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya,
maka wilayah populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan
jumlah sample yang digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan
menggunakan teknik proporsional stratified random sampling mengingat jumlahnya
yang bisa saja berbeda.
Contoh :
Peneliti ingin mengetahui tingkat
efektivitas proses belajar mengajar di tingkat SMU. Populasi penelitian adalah
siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam
berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan sebagai
berikut :
Tahap Pertama adalah menentukan
sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak 10 Provinsi yang akan dijadikan
daerah sampel.
Tahap kedua, mengambil sampel SMU di
tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena
provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMU tingkat
Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan
seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah
digabungkan, maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan akan
menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.
2.
Non
Probabilty Sampel
Non
Probability artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang
yang sama sebagai sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam Non Probability
ini antara lain : Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidential,
Sampling Purposive, Sampling Jenuh, dan Snowball Sampling.
·
Sampling
Kuota
Sampling
Kuota adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang
memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.
Misalnya
akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar
guru. Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan
masing-masing 10 siswa per sekolah.
·
Sampling
Insidential
Insidential
merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang
kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik
sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.
Misalnya
penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel ditentukan
berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut,
maka siapa saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang
berusia di atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.
·
Sampling
Purposive
Purposive sampling merupakan teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.
Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya tahan mesin
tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli mesin yang
mengetahui dengan jelas permasalahan ini. Atau penelitian tentang pola
pembinaan olahraga renang. Maka sampel yang diambil adalah pelatih-pelatih
renang yang dianggap memiliki kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya
dilakukan pada penelitian kualitatif.
·
Sampling
Jenuh
Sampling
jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika
populasi dianggap kecil atau kurang dari 100.
Misalnya
akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena
jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian.
·
Snowball
Sampling
Snowball
sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus
membesar ibarat bola salju. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang pola
peredaran narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi, kemudian
terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden terus
berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang
diteliti. Teknik ini juga lebih cocok untuk penelitian kualitatif.
E.
PENENTUAN
UKURAN SAMPEL
Ada
dua hal yang menjadi pertimbanngan dalam menentukan ukuran sample. Pertama
ketelitian (presisi) dan kedua adalah keyakinan (confidence).[5]
Ketelitian
mengacu pada seberapa dekat taksiran sampel dengan karakteristik populasi.
Keyakinan adalah fungsi dari kisaran variabilitas dalam distribusi pengambilan
sampel dari rata-rata sampel. Variabilitas ini disebut dengan standar error,
disimbolkan dengan S-x
Semakin
dekat kita menginginkan hasil sampel yang dapat mewakili karakteristik
populasi, maka semakin tinggi ketelitian yang kita perlukan. Semakin tinggi
ketelitian, maka semakin besar ukuran sampel yang diperlukan, terutama jika
variabilitas dalam populasi tersebut besar.
Sedangkan
keyakinan menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran kita benar-benar berlaku
bagi populasi. Tingkat keyakinan dapat membentang dari 0 – 100%. Keyakinan 95%
adalah tingkat lazim yang digunakan pada penelitian sosial / bisnis. Makna dari
keyakinan 95% (alpha 0.05) ini adalah “setidaknya ada 95 dari 100, taksiran
sampel akan mencerminkan populasi yang sebenarnya”.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
berbagai penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa teknik penentuan jumlah
sampel maupun penentuan sampel sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
dari penelitian. Dengan kata lain, sampel yang diambil secara sembarangan tanpa
memperhatikan aturan-aturan dan tujuan dari penelitian itu sendiri tidak akan
berhasil memberikan gambaran menyeluruh dari populasi.
Oleh
karena itu, untuk mencapai tujuan dalam penelitian, peneliti harus dapat
menentukan teknik yang tepat dan efektif sehingga didapatkan sampel yang baik.
B.
SARAN
Untuk menyempurnakan makalah ini,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca atau pihak yang menggunakan
makalah ini. Berpegang pada prinsip tidak ada gading yang tidak retak dan tidak
ada final dalam ilmu. Dengan kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, dengan senang hati kritik dan saran dan pandangan
dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.
[1] H.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1983. Hal. 141
[2] Lihat: Ida Bagoes Mantra dan Kasto, Penentuan Sampel, dalam Masri
Singarimbun dan Sofian Effendi, Op.Cit., hal.108.
[3] Rumus dan contoh penghitungannya dikutip dari, Radiany, Rahmady, HM.,Disertasi,
Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kualitas Pelayanan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan untuk Memilih Jurusan Manajemen pada Perguruan Tinggi Swasta
di Kalimantan Selatan, Disertasi Pascasarjana Univ.17 Agustus 1945 Surabaya,
2004. Hal.109.
[4] Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian
Kuantitatif, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal. 123
Tidak ada komentar:
Posting Komentar