BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam menjelaskan makna
hidup yang hakiki melalui perbandingan dua ayat yang sangat kontras, seperti
dicontohkan di dalam Alquran. Seorang yang telah mati menurut mata lahir kita,
bahkan telah terkubur ribuan tahun, jasadnya telah habis dimakan cacing dan
belatung lalu kembali menjadi tanah, namanya sudah hampir dilupakan orang.
Tetapi yang mengherankan, Allah SWT memandangnya masih hidup dan mendapat
rezeki di sisi-Nya serta melarang kepada kita menyebut mati kepada orang
tersebut. Hal ini dapat kita lihat dalam (Q.S 3: 169). "Janganlah kalian
menyangka orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan mereka
itu hidup dan mendapat rezeki di sisi Allah." Sebaliknya ada orang yang
masih hidup menurut mata lahir kita, masih segar-bugar, masih bernapas,
jantungnya masih berdetak, darahnya masih mengalir, matanya masih berkedip,
tetapi justru Allah menganggapnya tidak ada dan telah mati, seperti disebutkan
dalam firmannya "Tidak sama orang yang hidup dengan orang yang sudah mati.
Sesungguhnya Allah SWT mendengar orang yang dikehendaki-Nya, sedangkan kamu
tidak bisa menjadikan orang-orang yang di dalam kubur bisa mendengar," (QS
Al-Fathir 22). Maksud ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad tidak bisa memberi petunjuk
kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya.
B.
Tujuan Hidup Manusia
Ada sebuah
ungkapan yang pernah saya baca; “Orang bodoh hidup untuk makan, namun orang
bijak makan untuk hidup.” Lantas apakah tujuan hidup orang bijak? Apakah hanya
untuk bertahan hidup? Padahal kehidupan bukanlah akhir dan tidak dapat
mengakhiri dirinya sendiri, lantas apa tujuan hidup ini?
Para ahli fikir merumuskan masalah ini dengan 3 pertanyaan dasar; Darimana, kemana, dan mengapa? Artinya, saya darimana, akan kemana, lantas mengapa saya ada disini?
Para ahli fikir merumuskan masalah ini dengan 3 pertanyaan dasar; Darimana, kemana, dan mengapa? Artinya, saya darimana, akan kemana, lantas mengapa saya ada disini?
Bagi mereka
yang tidak mempercayai adanya Tuhan, yakni orang Ateis, hanya yakin terhadap
materi yang terindera. Menurut mereka sesuatu itu ada jika terdeteksi oleh
indera, jika tidak maka ia adalah fiksi. Alam semesta beserta isinya bagi
mereka – terjadi begitu saja – kebetulan yang yang indah. Dan manusia tidak
ubahnya bagai binatang dan tumbuhan, hidup dalam jangkau waktu tertentu
kemudian mati.
Sehingga
dalam pandangan mereka, dunia inilah awal dan akhir dan ini semua terjadi
begitu saja tanpa ada keterlibatan Tuhan, karena mereka meyakini alam mempunyai
mekanisme sendiri untuk mengatur dirinya sendiri.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Arti Hidup dalam
Islam
Ulama besar, Muhammad Al Ghazali, pernah berkata bahwa
pemahaman hidup yang dangkal adalah sebuah tindak ‘kriminal’ yang keji. Disebut
demikian karena pemahaman yang dangkal ini akan membawa kepada ketersesatan
dari jalan menuju akhirat yang bahagia. Semisal, jika seseorang memandang hidup
dengan dangkal, boleh jadi ia akan menghalalkan segala cara untuk memperoleh
harta, tidak memperdulikan apakah itu halal ataukah haram.[2]
Makna hidup dalam tinjauan Islam paling tidak meliputi
pemahaman bahwa:
1.
Hidup
ini kesemuanya adalah ujian dari Allah SWT
Hidup adalah untuk menguji apakah seorang manusia bersyukur
atau kufur kepada Allah SWT.Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang
terjemahnya, ” (ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup,
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. ”
Ujian dalam hidup kita bukan saja kesulitan ataupun musibah,
namun juga berupa nikmat atau kemudahan dari Allah SWT, seperti keluarga,
suami, istri, anak-anak, harta, kekuasaan, pangkat, dsb.
Kita bisa meneladani Nabi Sulaiman as. yang diberikan nikmat
luar biasa oleh Allah SWT. Allah SWT memberikan kerajaan yang sangat kaya, luas
dan besar, yang pasukannya terdiri dari manusia, jin, hewan, dan angin. Semua
kenikmatan itu tidak menjadi Nabi Sulaiman as menjadi sombong kemudian
mengingkari Allah SWT, namun menjadikannya sering ber-muhasabah, melakukan
introspeksi diri, berhati-hati jangan sampai menjadi kufur kepada Allah SWT,
sehingga tidak berujung kepada murka Allah sebagaimana dalam QS. Ibrahim
[14]:7, “ dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih”. “
Allah akan menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut
sesuai dengan QS Al Baqarah [2]:155-156 sbb,
“ dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. “
2.
Kehidupan
dunia ini lebih rendah dibandingkan kehidupan akhirat.
Sebagaimana dalam QS Adh Dhuha [93]:4, “ dan sesungguhnya
hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan). ”
Atau dalam QS Ali ‘Imran [3]:14, “ dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia,
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). “
3.
Kehidupan
dunia ini hanya sementara
Boleh jadi saat ini kita dalam kondisi sehat wal ‘afiat,
gagah, cantik, kulit mulus, dll. Tapi ada saatnya ketika kita kemudian menjadi
tua, keriput, lemah, pikun, dan akhirnya dipanggil ke sisi Allah SWT.
Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman, “ Hai
kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya
akhirat itulah negeri yang kekal. “
Dalam QS Al Anbiyaa [21]:35, “ Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu
dikembalikan.
“
4.
Kehidupan
ini adalah ladang amal untuk kesuksesan akhirat
Ali bin Abi Thalib ra. Berkata bahwa sesungguhnya hari ini
adalah hari untuk beramal bukan untuk hisab (perhitungan) dan esok (akhirat)
adalah hari perhitungan bukan untuk beramal. Ketika seseorang meninggal dunia
maka terputuslah semua amal perbuatannya dan ia tinggal menunggu masa untuk
mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya di dunia. Bekal kita adalah
ibadah kepada Allah SWT. Ibadah bukan sekedar sholat atau zakat, tetapi segala
aktivitas hidup kita akan bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah SWT.[3]
B. Analisa Penulis
Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah
di buini. Tujuan penciptaan manusia di
atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk
mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia, di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang
diciptakan oleh Allah dalam rangka,
untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan
di dunia dan ketenangan di akhirat.
Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? Dan bagaimanakah manusia melaksanakan ibadah-ibadah
tersebut? Serta
bagaimanakah manusia bisa mencapai
kesenangan duma, dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat
yang menjelaskan mengenai tip pandangan
ini kepada, manusia. Antara lain seperti disebutkan pada Surah
Al-Bagarah ayat 30.
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas
sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan.
Jika manusia sebagai khalifatullah di
bumi, maka ia, memiliki tugas-tugas
tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia, itu berada di bumi sebagai khalifatullah.
BAB II
KESIMPULAN
Islam
menjelaskan makna hidup yang hakiki melalui perbandingan dua ayat yang sangat
kontras, seperti dicontohkan di dalam Alquran. Seorang yang telah mati menurut
mata lahir kita, bahkan telah terkubur ribuan tahun, jasadnya telah habis
dimakan cacing dan belatung lalu kembali menjadi tanah, namanya sudah hampir
dilupakan orang.
Ulama besar, Muhammad
Al Ghazali, pernah berkata bahwa pemahaman hidup yang dangkal adalah sebuah
tindak ‘kriminal’ yang keji. Disebut demikian karena pemahaman yang dangkal ini
akan membawa kepada ketersesatan dari jalan menuju akhirat yang bahagia.
Semisal, jika seseorang memandang hidup dengan dangkal, boleh jadi ia akan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh harta, tidak memperdulikan apakah itu
halal ataukah haram.
Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah
di buini. Tujuan penciptaan manusia di
atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk
mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia, di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang
diciptakan oleh Allah dalam rangka,
untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan
di dunia dan ketenangan di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Saya ingin berbagi kesaksian tentang bagaimana layanan pendanaan Le_Meridian membantu saya dengan pinjaman 2.000.000,00 USD untuk membiayai proyek pertanian ganja saya, saya sangat berterima kasih dan saya berjanji untuk membagikan perusahaan pendanaan yang sah ini kepada siapa pun yang mencari cara untuk memperluas bisnisnya project.the company adalah perusahaan pendanaan UK / USA. Siapa pun yang mencari dukungan keuangan harus menghubungi mereka di lfdsloans@outlook.com Atau lfdsloans@lemeridianfds.com Bpk. Benjamin juga menggunakan whatsapp 1-989-394-3740 untuk mempermudah segala pemohon.
BalasHapus